PENTINGNYA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI
Ibu – Bapak salah satu tahapan
perkembangan manusia adalah membentuk ikatan keluarga secara sah dalam lembaga
perkawinan. Itu ditunjukkan dengan saling berjanji dan berkeinginan untuk
mengikat diri dalam lembaga perkawinan antara dua manusia, yakni laki-laki dan
perempuan. Harapan selanjutnya dari setiap pasangan yang memiliki latarbelakang
berbeda tersebut mampu meraih kebahagiaan dan kelanggengan sepanjang kehidupan
perkawinan mereka. Usaha untuk mencapai tahap ini tentunya tidak mudah, perlu
penyesuaian diri dari masing-masing orang dalam perkawinan.
Perkawinan ibarat merawat tanaman. Ia
perlu disirami dan diberi pupuk agar tumbuh subur dan bisa memberikan manfaat
terhadap hubungan suami-istri dan lingkungannya. Suami-istri perlu saling
berbagi dalam irama kehidupan perkawinannya, mulai dari urusan pekerjaan, anak,
urusan pribadi dan lain-lain. Bahkan urusan keluarga besar pun perlu
diperhatikan.
Hal yang paling mendasar dalam
perkawinan selain rasa sayang dan cinta adalah komunikasi. Komunikasi merupakan
alat agar pasangan dapat saling mengerti dan memahami sehingga kualitas
hubungan menjadi makin baik. Komunikasi tidak hanya sekedar berbicara saja tapi
juga perlu beberapa ketrampilan lain. Bacaan ini diharapkan bisa membantu
pasangan suami istri agar lebih terampil berkomunikasi dalam kehidupan
rumahtangganya. Selamat membaca.
KOMUNIKASI SUKSES SUAMI ISTRI
Tanpa disadari sebagaian besar waktu
manusia dimanfaatkan untuk berkomunikasi. Mulai dari bangun tidur pagi hingga
malam menjelang mau tidur. Apa itu komunikasi? Komunikasi adalah kegiatan
penyampaian suatu pesan dari seseorang kepada orang lain. Pesan yang
disampaikan dapat berupa pemikiran atau perasaan seseorang. Penyampaiannya bisa
dilakukan dengan berbicara langsung, atau melalui tulisan, gambar, dan gerakan
tubuh tertentu. Komunikasi dianggap berhasil apa bila pesan yang disampaikan
oleh seseorang dimengerti dan dipahami oleh orang lain.
Kualitas hidup kita pun banyak
ditentukan oleh keberhasilan dalam berkomunikasi dengan sesama. Komunikasi
antara suami istri, orang tua dan anak, dengan tetangga, teman dan lain-lain.
Demikian pula dengan keberhasilan dan kepuasan perkawinan pun ternyata
ditentukan oleh keberhasilan suami dan istri dalam berkomunikasi. Kegagalan
dalam berkomunikasi tidak jarang berakhir dengan perpisahan.
Mengapa komunikasi penting dalam perkawinan?
Setelah menikah dan hidup bersama
pastilah setiap hari pasangan saling berkomunikasi. Komunikasi suami istri
tidak hanya berupa pembicaraan saja. Sentuhan fisik seperti belaian, pelukan,
tatapan mata adalah juga bentuk komunikasi yang penting dalam hubungan suami
istri. Cara kita berkomunikasi dengan pasangan pastilah berbeda ketika kita
melakukannya dengan teman, anak, tetangga.
Keberhasilan komunikasi pasangan
haruslah dimulai dengan penghargaan terhadap pasangan. Hal lain yang turut
menentukan adalah kemampuan menunjukkan empati. Empati adalah suatu upaya untuk
menempatkan diri pada situasi dan kondisi yang dialami oleh orang lain. Selain
itu, kemampuan mendengar dari masing-masing pasangan. Mendengarkan tidak hanya
melibatkan indra pendengaran saja tapi juga mendengar dengan hati dan perasaan.
GAYA KOMUNIKASI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Tuhan menciptakan manusia dengan
jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Mereka diciptakan dengan berbagai
perbedaan. Selain bentuk tubuh yang berbeda, cara berpikir dan berkomunikasinya
juga berbeda.
Ada
beberapa perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dapat memengaruhi
komunikasi.
- Laki-laki dinilai lebih
menggunakan pikiran, sementara perempuan dinilai menuruti perasaannya.
- Laki-laki lebih memilih diam,
ketika menghadapi masalah. Sebaliknya, perempuan merasa lebih senang
membicarakan kesulitan yang dihadapi dengan teman-teman.
- Laki-laki lebih mementingkan
urusan pekerjaan, sementara perempuan lebih mementingkan keluarga.
- Laki-laki sulit menangkap
sesuatu yang ada dalam hati atau pikiran perempuan, mereka pun tidak
terbiasa menduga-duga. Sementara perempuan ingin dimengerti dan dipahami
tanpa mereka perlu berbicara.
Perbedaan-perbedaan ini
tentunya membutuhkan penyesuaian dalam kehidupan perkawinan. Bila perbedaan itu
tidak terselesaikan, bisa jadi malah akan membawa masalah. Belum lagi
permasalahan yang muncul dalam perkawinan itu kemudian.
HAL-HAL YANG PERLU DIKOMUNIKASIKAN DALAM PERKAWINAN
Perbedaan latarbelakang keluarga,
budaya, pendidikan, ekonomi, kebiasaan adalah hal-hal yang seringkali harus
dikomunikasikan diantara suami istri. Selain hal diatas berikut ini akan
dijelaskan hal-hal yang sering dikeluhkan oleh pasangan sebagai penyebab kurang
harmonisnya komunikasi diantara mereka.
- Pekerjaan rumahtangga
Suami
dan istri seringkali berbeda pendapat dalam urusan pekerjaan rumahtangga.
Pembagian tugas ini seringkali harus disesuaikan jika kemudian istri bekerja.
Banyak suami yang merasa tidak pantas jika harus mencuci pakaian, memasak,
mengepel, atau harus memandikan anak. Sementara istri merasa berkeberatan jika
harus ke bengkel, membetulkan listrik ataupun saluran air.
- Uang
Uang
adalah masalah peka dalam perkawinan. Berapa penghasilan yang diperoleh,
bagaimana uang yang didapat akan digunakan, apakah perlu terbuka mengenai
penghasilan pada pasangan? Uang seringkali disamakan dengan kekuasaan, siapa
yang berpenghasilan besar dalam keluarga maka dialah yang kemudian menjadi
penguasa dalam keluarga.
- Hubungan intim suami istri
Perbedaan
gaya dan cara melakukan hubungan, pilihan waktu, tempat dan suasana seringkali
memicu permasalah pada suami istri.
- Kesetiaan
Apakah
benar pasangan pulang terlambat karena pekerjaan yang sangat banyak? Benarkah
ia tidak pulang karena memang harus bekerja? Semua pertanyaan diatas
menunjukkan bahwa seringkali kesetiaan perkawinan diuji, apalagi kemudian di
kota besar kesempatan bekerja untuk perempuan makin terbuka lebar sehingga
kesempatan pun semakin terbuka untuk bergaul dengan berbagai macam orang.
- Pengasuhan anak
Kehadiran
anak tidak dipungkiri lagi memberikan perasaan bahagia namun disisi lain
memiliki anak berarti siap memberikan perhatian dan kasih sayang. Siapa dan
bagaimana mengasuh anak seringkali juga menjadi sumber masalah dalam keluarga.
Komunikasi
Orang Tua dan Pengaruhnya Pada Anak 13
- Hak-hak pribadi
Perkawinan
seringkali menuntut pengorbanan atas hak-hak pribadi masing-masing individu.
Mereka jadi sulit untuk bertemu dengan teman-teman masa kecilnya, sulit
melakukan hobi atau kebiasaan sebelum menikah. Ketika salah satu menuntut untuk
dihargai hak pribadinya maka yang terjadi adalah pertengkaran dan menganggap
bahwa mereka mau menang sendiri.
- Perbedaan dalam hal minat, hobi
dan kebiasaan
Perbedaan dalam memilih warna
pakaian, makanan, dan hal-hal kecil lain baru disadari ketika pasangan mulai
menjalani hidup bersama. Banyak pasangan yang baru menyadari bahwa teman
hidupnya ternyata sulit untuk rapi, semua benda diletakkan di sembarang tempat.
Perbedaan kecil ini apabila tidak ada saling mengerti bisa menjadi sumber
masalah yang berkembang besar.
Menyadari berbagai hal yang
dikomunikasikan dalam perkawinan merupakan satu langkah awal untuk menemukan
penyelesaikan yang tepat. Langkah selanjutnya adalah bagaimana pasangan mencoba
berkomunikasi mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut.
6 HAL YANG WAJIB DIHINDARI DALAM KOMUNIKASI PASUTRI
Satu langkah yang baik dalam perkawinan
adalah menyadari sumber masalah dalam perkawinan itu sendiri. Penelitian
membuktikan bahwa para istri lebih banyak berkomunikasi baik pada pasangan
maupun pada anak-anak. Para istri juga mengakui bahwa mereka lebih terbuka
dalam menunjukkan perasaannya dibandingkan dengan para suami.
Para suami umumnya dilaporkan memang
lebih banyak melakukan kegiatan yang tidak mengharuskan mereka berkomunikasi
secara terbuka dengan pasangannya. Umumnya para suami lebih banyak menggunakan
waktu di rumah dengan menonton televisi dibandingkan harus berkomunikasi dengan
istri ataupun anak.
Menyadari bahwa adanya perbedaan cara
komunikasi antara suami dan istri maka perlu disadari hal-hal apa saja yang
menghambat pasangan untuk berkomunikasi. Komunikasi yang baik akan membantu
pasangan menyelesaikan masalahnya, membuat keputusan dan mengungkapkan
perasaannya secara tepat pula.
Berikut
beberapa hal yang tidak dianjurkan ketika berkomunikasi di antara pasangan
suami istri:
1.
Pandangan yang merendahkan
Banyak
pendapat yang menyatakan bahwa mata tidak pernah berbohong, jadi cara kita
memandang pasangan menunjukkan pesan yang sesungguhnya. Tidak memandang ke arah
lawan bicara mengindikasikan bahwa lawan bicara kita tidak penting. Untuk itu
bisa Anda bayangkan bila hal ini dilakukan kepada pasangan. Ia tentu akan
merasa direndahkan dan tidak dianggap penting oleh Anda.
2.
Kritik
Mengungkapkan
ketidaksetujuan dengan memberikan kritikan yang menyinggung membuat pasangan
merasa tidak dihargai.
Contoh
: ”Mestinya tahu bahwa kamu tidak bisa masak, jadi kenapa harus susah-susah
masak!”
3.
Prasangka
Seringkali
kita sudah berprasangka terhadap apa yang akan dikatakan oleh pasangan, karena
itu kemudian kita cenderung tidak mau mendengarkan.
Contoh
: “Aku sudah tahu apa alasanmu, jadi buat apa kamu menjelaskan lagi!”
4.
Menyalahkan
Dalam
kondisi marah dan tegang, kita cenderung lebih mudah mencari kesalahan pada
oranglain.
Contoh:
”Ini semua gara-gara kamu, kalau kamu tidak pulang terlambat kejadiannya tidak
akan seperti ini!”
5.
Tidak mau mendengarkan
Merasa
bahwa kita ada dipihak yang benar, dan paling tahu segalanya sehingga tidak
lagi merasa perlu mendengarkan pendapat dan masukan dari orang lain.
6.
Menantang
Emosi
negatif seringkali membuat kita terpancing untuk menantang pasangan.
Contoh
: “Iya…memang kamu paling pandai di rumah ini.
Semua
bisa kamu selesaikan sementara saya memang tidak bisa apa-apa. Ayo tunjukkan
apa lagi kehebatan kamu!”
KIAT-KIAT KOMUNIKASI EFEKTIF PASUTRI
Menyadari
bahwa pada dasarnya suami dan istri memang berbeda. Sulit untuk mengubah
kondisi tersebut maka kita perlu melakukan suatu cara agar bisa menyelaraskan
perbedaan tersebut.
Berikut
beberapa kiat-kiat yang mungkin bisa dilakukan pasangan agar bisa berkomunikasi
dengan lebih baik.
1.Pandai-pandai
memilih kesempatan
Sebelum
mengajak untuk berbicara lihatlah dulu kondisi psikologis pasangan, misalnya ia
terlihat letih atau capai. Suasana hatinya sedang baik atau tidak. Kalau ia
menunjukkan tanda-tanda itu, ajaklah pasangan mengobrol hal-hal yang ringan
saja. Bila perlu beri ia waktu istirahat tanpa diganggu. Siapkan minuman hangat
untuknya. Malam hari atau akhir minggu biasanya waktu yang paling pas. Sebelum
tidur sempatkan bicara selama kurang lebih 15-20 menit.
2.Gunakan
pesan “aku/saya”
Dalam
berkomunikasi ada istilah asertif, artinya berusaha menyampaikan apa yang ada
dalam pikiran dan perasaan kita tapi tanpa melukai ataupun merendahkan orang
lain. Untuk bisa menyampaikan sesuatu secara terus terang mengenai apa yang
dirasakan maka pesan “aku/saya” lah yang harus dipakai.
Misalnya:
“Aku merasa diabaikan dengan kamu kerja sampai malam setiap hari.” atau “Saya
merasa mengasuh anak tanpa dibantu oleh kamu.”
3.
Berusaha untuk jujur dan terbuka
Mencoba
jujur dengan apa yang dirasakan dan dilihat. Bukan membesar-besarkan masalah
yang ada.
Misalnya:
“Setiap hari kamu lembur, saya tahu bahwa kamu memang sudah tidak merasa nyaman
di rumah dan lebih senang ada di kantor.” Kalimat yang baik, “Saya merasa
diabaikan dengan setiap hari kamu lembur.”
4.
Belajar menjadi pendengar yang baik
Mendengarkan
bukan berarti harus diam. Sikap tubuh yang baik dengan menatap wajahnya dan
mengungkapkan kata-kata menghibur apabila ia sudah mulai mengeluh.
5.
Berbicara hal yang positif/baik
Hal
ini mudah untuk dikatakan, namun sulit untuk dilakukan. Bila pembicaraan makin
memanas umumnya kita mudah terpancing untuk menunjukkan perasaan negatif. Bila
Anda dan pasangan mulai merasa bahwa situasi semakin memanas cobalah untuk
menunda pembicaraan. Berhentilah dan coba untuk mengendalikan diri. Pembicaraan
dilanjutkan lagi bila sudah bisa menjaga perasaan lebih positif. Sepakati dari
awal jika salah satu mulai terpancing maka pembicaraan harus segera dihentikan,
dan tentukan bersama waktu yang tepat untuk kembali membicarakan hal tersebut.
5.
Semangat untuk berbagi
Pasangan
seharusnya berada pada posisi yang setara. Kesetaraan ini tidak berarti harus
melakukan hal yang sama, tapi saling melengkapi. Ketidakmampuan salah satu
pasangan bisa ditutupi oleh pasangan lainnya sehingga ketimpangan dalam
perkawinan tidak terjadi. Semangat ini juga harus ada dalam berkomunikasi. Anda
dan pasangan seharusnya bisa membicarakan apa saja tanpa merasa pasangan tidak
akan mengerti, mulai dari urusan pekerjaan, keuangan, pengasuhan anak,
pembantu, sampai kehidupan seks, dan lain-lain.
6.Tunjukkan
ketidaksetujuan pada permasalahan bukan menyerang sosoknya
Komunikasikan
secara jelas dan spesifik masalah yang mengganggu diri Anda (bisakah menaruh
buku atau koran yang sudah dibaca pada tempatnya) dan tidak menyerang dirinya
(kenapa sih kamu susah sekali diberitahu, dan selalu saja berantakan).
BAHAN RENUNGAN
Nilai-nilai
yang perlu dikembangkan antara suami istri
•
Saling menghargai
•
Kasih sayang
•-
Merasakan perasaan pasangan
•
Mendengar dengan hati
•
Berpikir positif
•
Ikhlas dalam melakukan tugas
•
Menghargai perbedaan
•
Menerima pasangan apa adanya
PESAN UNTUK SUAMI ISTRI
Menciptakan
komunikasi pasangan suami istri (pasutri) yang tepat dan baik bukanlah hal yang
mudah. Itu akan menjadi lebih mudah dilakukan dengan niat dan usaha untuk
mempertahankan perkawinan.
Kesadaran
bahwa perkawinan adalah menyatukan dua manusia dengan latarbelakang yang
berbeda akan membantu banyak pasangan untuk melihat perbedaan itu bukan sebagai
suatu ancaman namun tantangan untuk bisa menyatukannya dalam kehidupan
perkawinan.
Kehadiran
buah hati dalam perkawinan tentunya sangat diharapkan oleh pasangan, dan
keberhasilan dalam berkomunikasi diantara pasangan tentunya juga akan terbawa
saat mereka melakukan hal tersebut pada anak. Berilah contoh bagaimana
menunjukkan rasa sayang, menyelesaikan masalah, mengungkapkan kemarahan dengan
konstruktif, karena pada saat ini kita sebagai pasangan sedang menabur pupuk
dan benih kepada anak-anak. Kita sebagai orangtua adalah contoh terbaik bagi
anak-anak. Perkawinan yang hanya dihiasi oleh pertengkaran, saling mendiamkan
dan masing-masing pasangan berjalan dengan keinginannya sendiri akan menjadi
contoh buruk bagi anak kelak ketika ia menjadi orangtua.
Akhir
kata, perkawinan yang ideal haruslah memiliki tiga aspek (kemesraan hubungan
suami istri, kedekatan emosi, dan komitmen) yang berjalan selaras, kegagalan
salah satu aspek akan membuat perkawinan menjadi pincang. Ketiga aspek inilah
yang menjadi isu yang harus terus dikomunikasikan dalam perkawinan agar
ketiganya tetap ada dalam kehidupan pasangan suami-istri.
DAFTAR
ISTILAH
1.
Konstruktif: susunan, model atau bentuk yang teratur.
2.
Komitmen: perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu.
Sumber Bacaan
Don’t
You Dare to Get Marrie; Until you read this ; • Donaldson, C., Three Rivers
Press, 2001,
Personal
Adjustment, Marriage and Family Living; • Landis, Judson T. & Landis, Mary
G., Prentice Hall, 1970
Intimate
Relationships; A Practical Introduction; William, • B.K., Sawyer, S.C.,
Wahlstrom, C.M. , Pearson Education Inc., 2006
Perempuan;
Shihab, M.Q, Penerbit Lentera Hati, 2009•
Judiana
Ratna Sari, M.Si
Direktorat
Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal
Kementerian
Pendidikan Nasional
Tahun
2011
0 comments:
Post a Comment