Friday, March 2, 2018

Cara Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Yang Baik-Konsultan PAUD



PENTINGNYA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI
Ibu – Bapak salah satu tahapan perkembangan manusia adalah membentuk ikatan keluarga secara sah dalam lembaga perkawinan. Itu ditunjukkan dengan saling berjanji dan berkeinginan untuk mengikat diri dalam lembaga perkawinan antara dua manusia, yakni laki-laki dan perempuan. Harapan selanjutnya dari setiap pasangan yang memiliki latarbelakang berbeda tersebut mampu meraih kebahagiaan dan kelanggengan sepanjang kehidupan perkawinan mereka. Usaha untuk mencapai tahap ini tentunya tidak mudah, perlu penyesuaian diri dari masing-masing orang dalam perkawinan.
Perkawinan ibarat merawat tanaman. Ia perlu disirami dan diberi pupuk agar tumbuh subur dan bisa memberikan manfaat terhadap hubungan suami-istri dan lingkungannya. Suami-istri perlu saling berbagi dalam irama kehidupan perkawinannya, mulai dari urusan pekerjaan, anak, urusan pribadi dan lain-lain. Bahkan urusan keluarga besar pun perlu diperhatikan.
Hal yang paling mendasar dalam perkawinan selain rasa sayang dan cinta adalah komunikasi. Komunikasi merupakan alat agar pasangan dapat saling mengerti dan memahami sehingga kualitas hubungan menjadi makin baik. Komunikasi tidak hanya sekedar berbicara saja tapi juga perlu beberapa ketrampilan lain. Bacaan ini diharapkan bisa membantu pasangan suami istri agar lebih terampil berkomunikasi dalam kehidupan rumahtangganya. Selamat membaca.
KOMUNIKASI SUKSES SUAMI ISTRI
Tanpa disadari sebagaian besar waktu manusia dimanfaatkan untuk berkomunikasi. Mulai dari bangun tidur pagi hingga malam menjelang mau tidur. Apa itu komunikasi? Komunikasi adalah kegiatan penyampaian suatu pesan dari seseorang kepada orang lain. Pesan yang disampaikan dapat berupa pemikiran atau perasaan seseorang. Penyampaiannya bisa dilakukan dengan berbicara langsung, atau melalui tulisan, gambar, dan gerakan tubuh tertentu. Komunikasi dianggap berhasil apa bila pesan yang disampaikan oleh seseorang dimengerti dan dipahami oleh orang lain.
Kualitas hidup kita pun banyak ditentukan oleh keberhasilan dalam berkomunikasi dengan sesama. Komunikasi antara suami istri, orang tua dan anak, dengan tetangga, teman dan lain-lain. Demikian pula dengan keberhasilan dan kepuasan perkawinan pun ternyata ditentukan oleh keberhasilan suami dan istri dalam berkomunikasi. Kegagalan dalam berkomunikasi tidak jarang berakhir dengan perpisahan.
Mengapa komunikasi penting dalam perkawinan?
Setelah menikah dan hidup bersama pastilah setiap hari pasangan saling berkomunikasi. Komunikasi suami istri tidak hanya berupa pembicaraan saja. Sentuhan fisik seperti belaian, pelukan, tatapan mata adalah juga bentuk komunikasi yang penting dalam hubungan suami istri. Cara kita berkomunikasi dengan pasangan pastilah berbeda ketika kita melakukannya dengan teman, anak, tetangga.
Keberhasilan komunikasi pasangan haruslah dimulai dengan penghargaan terhadap pasangan. Hal lain yang turut menentukan adalah kemampuan menunjukkan empati. Empati adalah suatu upaya untuk menempatkan diri pada situasi dan kondisi yang dialami oleh orang lain. Selain itu, kemampuan mendengar dari masing-masing pasangan. Mendengarkan tidak hanya melibatkan indra pendengaran saja tapi juga mendengar dengan hati dan perasaan.

GAYA KOMUNIKASI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Tuhan menciptakan manusia dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Mereka diciptakan dengan berbagai perbedaan. Selain bentuk tubuh yang berbeda, cara berpikir dan berkomunikasinya juga berbeda.
Ada beberapa perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dapat memengaruhi komunikasi.
  1. Laki-laki dinilai lebih menggunakan pikiran, sementara perempuan dinilai menuruti perasaannya.
  2. Laki-laki lebih memilih diam, ketika menghadapi masalah. Sebaliknya, perempuan merasa lebih senang membicarakan kesulitan yang dihadapi dengan teman-teman.
  3. Laki-laki lebih mementingkan urusan pekerjaan, sementara perempuan lebih mementingkan keluarga.
  4. Laki-laki sulit menangkap sesuatu yang ada dalam hati atau pikiran perempuan, mereka pun tidak terbiasa menduga-duga. Sementara perempuan ingin dimengerti dan dipahami tanpa mereka perlu berbicara.
Perbedaan-perbedaan ini tentunya membutuhkan penyesuaian dalam kehidupan perkawinan. Bila perbedaan itu tidak terselesaikan, bisa jadi malah akan membawa masalah. Belum lagi permasalahan yang muncul dalam perkawinan itu kemudian.
HAL-HAL YANG PERLU DIKOMUNIKASIKAN DALAM PERKAWINAN
Perbedaan latarbelakang keluarga, budaya, pendidikan, ekonomi, kebiasaan adalah hal-hal yang seringkali harus dikomunikasikan diantara suami istri. Selain hal diatas berikut ini akan dijelaskan hal-hal yang sering dikeluhkan oleh pasangan sebagai penyebab kurang harmonisnya komunikasi diantara mereka.
  1. Pekerjaan rumahtangga
Suami dan istri seringkali berbeda pendapat dalam urusan pekerjaan rumahtangga. Pembagian tugas ini seringkali harus disesuaikan jika kemudian istri bekerja. Banyak suami yang merasa tidak pantas jika harus mencuci pakaian, memasak, mengepel, atau harus memandikan anak. Sementara istri merasa berkeberatan jika harus ke bengkel, membetulkan listrik ataupun saluran air.
  1. Uang
Uang adalah masalah peka dalam perkawinan. Berapa penghasilan yang diperoleh, bagaimana uang yang didapat akan digunakan, apakah perlu terbuka mengenai penghasilan pada pasangan? Uang seringkali disamakan dengan kekuasaan, siapa yang berpenghasilan besar dalam keluarga maka dialah yang kemudian menjadi penguasa dalam keluarga.
  1. Hubungan intim suami istri
Perbedaan gaya dan cara melakukan hubungan, pilihan waktu, tempat dan suasana seringkali memicu permasalah pada suami istri.
  1. Kesetiaan
Apakah benar pasangan pulang terlambat karena pekerjaan yang sangat banyak? Benarkah ia tidak pulang karena memang harus bekerja? Semua pertanyaan diatas menunjukkan bahwa seringkali kesetiaan perkawinan diuji, apalagi kemudian di kota besar kesempatan bekerja untuk perempuan makin terbuka lebar sehingga kesempatan pun semakin terbuka untuk bergaul dengan berbagai macam orang.

  1. Pengasuhan anak
Kehadiran anak tidak dipungkiri lagi memberikan perasaan bahagia namun disisi lain memiliki anak berarti siap memberikan perhatian dan kasih sayang. Siapa dan bagaimana mengasuh anak seringkali juga menjadi sumber masalah dalam keluarga.
Komunikasi Orang Tua dan Pengaruhnya Pada Anak 13
  1. Hak-hak pribadi
Perkawinan seringkali menuntut pengorbanan atas hak-hak pribadi masing-masing individu. Mereka jadi sulit untuk bertemu dengan teman-teman masa kecilnya, sulit melakukan hobi atau kebiasaan sebelum menikah. Ketika salah satu menuntut untuk dihargai hak pribadinya maka yang terjadi adalah pertengkaran dan menganggap bahwa mereka mau menang sendiri.
  1. Perbedaan dalam hal minat, hobi dan kebiasaan
Perbedaan dalam memilih warna pakaian, makanan, dan hal-hal kecil lain baru disadari ketika pasangan mulai menjalani hidup bersama. Banyak pasangan yang baru menyadari bahwa teman hidupnya ternyata sulit untuk rapi, semua benda diletakkan di sembarang tempat. Perbedaan kecil ini apabila tidak ada saling mengerti bisa menjadi sumber masalah yang berkembang besar.
Menyadari berbagai hal yang dikomunikasikan dalam perkawinan merupakan satu langkah awal untuk menemukan penyelesaikan yang tepat. Langkah selanjutnya adalah bagaimana pasangan mencoba berkomunikasi mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut.
6 HAL YANG WAJIB DIHINDARI DALAM KOMUNIKASI PASUTRI
Satu langkah yang baik dalam perkawinan adalah menyadari sumber masalah dalam perkawinan itu sendiri. Penelitian membuktikan bahwa para istri lebih banyak berkomunikasi baik pada pasangan maupun pada anak-anak. Para istri juga mengakui bahwa mereka lebih terbuka dalam menunjukkan perasaannya dibandingkan dengan para suami.
Para suami umumnya dilaporkan memang lebih banyak melakukan kegiatan yang tidak mengharuskan mereka berkomunikasi secara terbuka dengan pasangannya. Umumnya para suami lebih banyak menggunakan waktu di rumah dengan menonton televisi dibandingkan harus berkomunikasi dengan istri ataupun anak.
Menyadari bahwa adanya perbedaan cara komunikasi antara suami dan istri maka perlu disadari hal-hal apa saja yang menghambat pasangan untuk berkomunikasi. Komunikasi yang baik akan membantu pasangan menyelesaikan masalahnya, membuat keputusan dan mengungkapkan perasaannya secara tepat pula.
Berikut beberapa hal yang tidak dianjurkan ketika berkomunikasi di antara pasangan suami istri:
1. Pandangan yang merendahkan
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa mata tidak pernah berbohong, jadi cara kita memandang pasangan menunjukkan pesan yang sesungguhnya. Tidak memandang ke arah lawan bicara mengindikasikan bahwa lawan bicara kita tidak penting. Untuk itu bisa Anda bayangkan bila hal ini dilakukan kepada pasangan. Ia tentu akan merasa direndahkan dan tidak dianggap penting oleh Anda.
2. Kritik
Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan memberikan kritikan yang menyinggung membuat pasangan merasa tidak dihargai.
Contoh : ”Mestinya tahu bahwa kamu tidak bisa masak, jadi kenapa harus susah-susah masak!”
3. Prasangka
Seringkali kita sudah berprasangka terhadap apa yang akan dikatakan oleh pasangan, karena itu kemudian kita cenderung tidak mau mendengarkan.
Contoh : “Aku sudah tahu apa alasanmu, jadi buat apa kamu menjelaskan lagi!”
4. Menyalahkan
Dalam kondisi marah dan tegang, kita cenderung lebih mudah mencari kesalahan pada oranglain.
Contoh: ”Ini semua gara-gara kamu, kalau kamu tidak pulang terlambat kejadiannya tidak akan seperti ini!”
5. Tidak mau mendengarkan
Merasa bahwa kita ada dipihak yang benar, dan paling tahu segalanya sehingga tidak lagi merasa perlu mendengarkan pendapat dan masukan dari orang lain.
6. Menantang
Emosi negatif seringkali membuat kita terpancing untuk menantang pasangan.
Contoh : “Iya…memang kamu paling pandai di rumah ini.
Semua bisa kamu selesaikan sementara saya memang tidak bisa apa-apa. Ayo tunjukkan apa lagi kehebatan kamu!”
KIAT-KIAT KOMUNIKASI EFEKTIF PASUTRI
Menyadari bahwa pada dasarnya suami dan istri memang berbeda. Sulit untuk mengubah kondisi tersebut maka kita perlu melakukan suatu cara agar bisa menyelaraskan perbedaan tersebut.
Berikut beberapa kiat-kiat yang mungkin bisa dilakukan pasangan agar bisa berkomunikasi dengan lebih baik.
1.Pandai-pandai memilih kesempatan
Sebelum mengajak untuk berbicara lihatlah dulu kondisi psikologis pasangan, misalnya ia terlihat letih atau capai. Suasana hatinya sedang baik atau tidak. Kalau ia menunjukkan tanda-tanda itu, ajaklah pasangan mengobrol hal-hal yang ringan saja. Bila perlu beri ia waktu istirahat tanpa diganggu. Siapkan minuman hangat untuknya. Malam hari atau akhir minggu biasanya waktu yang paling pas. Sebelum tidur sempatkan bicara selama kurang lebih 15-20 menit.
2.Gunakan pesan “aku/saya”
Dalam berkomunikasi ada istilah asertif, artinya berusaha menyampaikan apa yang ada dalam pikiran dan perasaan kita tapi tanpa melukai ataupun merendahkan orang lain. Untuk bisa menyampaikan sesuatu secara terus terang mengenai apa yang dirasakan maka pesan “aku/saya” lah yang harus dipakai.
Misalnya: “Aku merasa diabaikan dengan kamu kerja sampai malam setiap hari.” atau “Saya merasa mengasuh anak tanpa dibantu oleh kamu.”
3. Berusaha untuk jujur dan terbuka
Mencoba jujur dengan apa yang dirasakan dan dilihat. Bukan membesar-besarkan masalah yang ada.
Misalnya: “Setiap hari kamu lembur, saya tahu bahwa kamu memang sudah tidak merasa nyaman di rumah dan lebih senang ada di kantor.” Kalimat yang baik, “Saya merasa diabaikan dengan setiap hari kamu lembur.”
4. Belajar menjadi pendengar yang baik
Mendengarkan bukan berarti harus diam. Sikap tubuh yang baik dengan menatap wajahnya dan mengungkapkan kata-kata menghibur apabila ia sudah mulai mengeluh.
5. Berbicara hal yang positif/baik
Hal ini mudah untuk dikatakan, namun sulit untuk dilakukan. Bila pembicaraan makin memanas umumnya kita mudah terpancing untuk menunjukkan perasaan negatif. Bila Anda dan pasangan mulai merasa bahwa situasi semakin memanas cobalah untuk menunda pembicaraan. Berhentilah dan coba untuk mengendalikan diri. Pembicaraan dilanjutkan lagi bila sudah bisa menjaga perasaan lebih positif. Sepakati dari awal jika salah satu mulai terpancing maka pembicaraan harus segera dihentikan, dan tentukan bersama waktu yang tepat untuk kembali membicarakan hal tersebut.
5. Semangat untuk berbagi
Pasangan seharusnya berada pada posisi yang setara. Kesetaraan ini tidak berarti harus melakukan hal yang sama, tapi saling melengkapi. Ketidakmampuan salah satu pasangan bisa ditutupi oleh pasangan lainnya sehingga ketimpangan dalam perkawinan tidak terjadi. Semangat ini juga harus ada dalam berkomunikasi. Anda dan pasangan seharusnya bisa membicarakan apa saja tanpa merasa pasangan tidak akan mengerti, mulai dari urusan pekerjaan, keuangan, pengasuhan anak, pembantu, sampai kehidupan seks, dan lain-lain.
6.Tunjukkan ketidaksetujuan pada permasalahan bukan menyerang sosoknya
Komunikasikan secara jelas dan spesifik masalah yang mengganggu diri Anda (bisakah menaruh buku atau koran yang sudah dibaca pada tempatnya) dan tidak menyerang dirinya (kenapa sih kamu susah sekali diberitahu, dan selalu saja berantakan).
BAHAN RENUNGAN
Nilai-nilai yang perlu dikembangkan antara suami istri
• Saling menghargai
• Kasih sayang
•- Merasakan perasaan pasangan
• Mendengar dengan hati
• Berpikir positif
• Ikhlas dalam melakukan tugas
• Menghargai perbedaan
• Menerima pasangan apa adanya
PESAN UNTUK SUAMI ISTRI
Menciptakan komunikasi pasangan suami istri (pasutri) yang tepat dan baik bukanlah hal yang mudah. Itu akan menjadi lebih mudah dilakukan dengan niat dan usaha untuk mempertahankan perkawinan.
Kesadaran bahwa perkawinan adalah menyatukan dua manusia dengan latarbelakang yang berbeda akan membantu banyak pasangan untuk melihat perbedaan itu bukan sebagai suatu ancaman namun tantangan untuk bisa menyatukannya dalam kehidupan perkawinan.
Kehadiran buah hati dalam perkawinan tentunya sangat diharapkan oleh pasangan, dan keberhasilan dalam berkomunikasi diantara pasangan tentunya juga akan terbawa saat mereka melakukan hal tersebut pada anak. Berilah contoh bagaimana menunjukkan rasa sayang, menyelesaikan masalah, mengungkapkan kemarahan dengan konstruktif, karena pada saat ini kita sebagai pasangan sedang menabur pupuk dan benih kepada anak-anak. Kita sebagai orangtua adalah contoh terbaik bagi anak-anak. Perkawinan yang hanya dihiasi oleh pertengkaran, saling mendiamkan dan masing-masing pasangan berjalan dengan keinginannya sendiri akan menjadi contoh buruk bagi anak kelak ketika ia menjadi orangtua.
Akhir kata, perkawinan yang ideal haruslah memiliki tiga aspek (kemesraan hubungan suami istri, kedekatan emosi, dan komitmen) yang berjalan selaras, kegagalan salah satu aspek akan membuat perkawinan menjadi pincang. Ketiga aspek inilah yang menjadi isu yang harus terus dikomunikasikan dalam perkawinan agar ketiganya tetap ada dalam kehidupan pasangan suami-istri.
DAFTAR ISTILAH
1. Konstruktif: susunan, model atau bentuk yang teratur.
2. Komitmen: perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu.
Sumber Bacaan
Don’t You Dare to Get Marrie; Until you read this ; • Donaldson, C., Three Rivers Press, 2001,
Personal Adjustment, Marriage and Family Living; • Landis, Judson T. & Landis, Mary G., Prentice Hall, 1970
Intimate Relationships; A Practical Introduction; William, • B.K., Sawyer, S.C., Wahlstrom, C.M. , Pearson Education Inc., 2006
Perempuan; Shihab, M.Q, Penerbit Lentera Hati, 2009•

Judiana Ratna Sari, M.Si
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal
Kementerian Pendidikan Nasional
Tahun 2011

0 comments:

Post a Comment