Friday, March 2, 2018

Lingkungan Sekitar Sabagai Sumber Belajar Anak - Konsultan PAUD


SERI BACAAN ORANG TUA
Tema Parenting  : Lingkungan Sekitar Sabagai Sumber Belajar Anak

Para orang tua yang berbahagia, tahukah bahwa alam atau lingkungan sekitar kita merupakan media (alat) dan sumber untuk belajar yang sangat lengkap bagi kita? Demikian pula untuk anak-anak kita, apalagi kita telah menyadari bahwa anak usia dini memiliki rasa ingin tahu yang kuat terhadap segala sesuatu yang baru. Mereka memiliki sikap berpetualang, senang mencoba baik dengan cara memegang, memakan atau melempar benda-benda dan minat yang kuat untuk mengamati lingkungan. Dalam hal ini, kita juga menyadari bahwa peran orang tua sebagai pendidik yang pertama dari sejak anak lahir dan juga utama karena paling dekat dengan anak, sangat menentukan kualitas anak (menjadi baik atau tidak) dikemudian hari.
Dengan demikian, kita harus mampu memberikan fasilitas dan sarana yang terbaik dalam pengembangan potensi anak, dengan cara memberikan kemudahan kepada anak untuk mempelajari berbagai hal yang terdapat di lingkungannya. Pengenalan terhadap lingkungan di sekitarnya merupakan pengalaman yang menyenangkan untuk mengembangkan kecerdasan anak sejak dini. Selama ini, kita memahami bahwa belajar harus di sekolah atau di dalam ruangan, memakai seragam, dengan alat permainan yang mahal, dan fasilitas lain yang memadai. Padahal jika kita memahami anak kita, mereka sebenarnya juga sangat tertarik belajar di alam, dengan lingkungan yang beraneka.
Mengapa hal ini terjadi? Menurut para pakar otak, jika pada masa anak usia dini, yang dirangsang adalah otak kreatif dan rasa ingin tahu anak, maka anak usia dini akan menyimpan banyak pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Semakin banyak yang ingin diketahui anak, maka semakin besar pula usaha yang untuk mencari jawabannya. Kegemaran belajar sejak usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka penyiapan masyarakat belajar dan sumber daya manusia di masa mendatang.
Para orang tua yang berbahagia, dengan memahami cara belajar anak usia dini, kita bisa memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang murah, mudah namun tetap berkualitas dalam pengembangan potensi kecerdasan anak. Pengertian Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Para orang tua di seluruh Indonesia, sebagai makhluk hidup, anak selain berinteraksi dengan orang atau manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan benda-benda mati. Makhluk hidup tersebut antara lain adalah berbagai tumbuhan dan hewan, sedangkan benda-benda mati antara lain udara, air, dan tanah.
Lingkungan sebagai sumber belajar dapat diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup, (termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya), sehingga memungkinkan anak usia dini untuk belajar tentang informasi, orang, bahan dan alat.
Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur makhluk hidup, benda mati dan budaya manusia, Unsur-unsur Lingkungan Sebagai Sumber Belajar :
1. Unsur Mahluk hidup
- Manusia : Jumlahnya, jenisnya, bagian badan dan cara melakukan sesuatu (cara kerja dan fungsinya) dan sebagainya.
Contoh : “Nak, coba hitung, ada berapa tamu ayah yang laki-laki dan berapa yang perempuan?”
- Binatang : Serangga, unggas, binatang ternak, binatang buas (tentunya tidak secara langsung) dan sebagainya
- Tumbuhan : jenis, bagian dan manfaat pohon serta tanaman, dan sebagainya.
2. Unsur Benda mati
- Batu-batuan : bentuk/tekstur, jumlah, ukuran dan berbagai jenis batu-batuan serta kegunaannya.
- Tanah : warna, jenis, dan manfaatnya
- Air : Sifat, jenis dan manfaatnya.
- Udara : sifat dan bagaimana mengenalinya.
3. Budaya manusia.
Kehidupan manusia diberbagai belahan dunia, yang terdiri dari berbagai : suku, agama, adat kebiasaan dan budaya, membuat keragaman yang jika dipelajari sejak
Memanfaatkan Lingkungan Sekitar Sabagai Sumber Belajar Anak Usia Dini 9
dini dan dipahami perbedaanya, akan membuat kita semakin bijaksana.
Jenis-Jenis Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Pada dasarnya semua jenis lingkungan yang ada di sekitar anak dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kegiatan pendidikan untuk anak usia dini
1. Lingkungan alam
Lingkungan alam atau lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang sifatnya alamiah, seperti sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan), tumbuh-tumbuhan dan hewan, sungai, iklim, suhu, dan sebagainya.
Lingkungan alam sifatnya relatif menetap, oleh karena itu jenis lingkungan ini akan lebih mudah dikenal dan dipelajari oleh anak. Sesuai dengan kemampuannya, anak usia dini dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dan dialami dalam kehidupan sehari-hari, termasuk juga proses terjadinya.
Dengan mempelajari lingkungan alam ini, diharapkan anak usia dini akan lebih memahami gejala-gejala alam yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari, selain itu diharapkan juga dapat menumbuhkan kesadaran sejak awal untuk mencintai alam, dan mungkin juga anak usia dini bisa turut berpartisipasi untuk menjaga dan memelihara lingkungan alam.
2. Lingkungan sosial
Selain lingkungan alam sebagaimana telah diuraikan di atas jenis lingkungan lain yang kaya akan informasi bagi anak usia dini yaitu lingkungan sosial. Hal-hal yang bisa dipelajari oleh anak usia dini dalam kaitannya dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar ini, misalnya:
- Mengenal jenis-jenis mata pencaharian penduduk di sekitar tempat tinggal dan sekolah.
- Mengenal adat istiadat dan kebiasaan penduduk setempat di mana anak usia dini tinggal.
- Mengenal organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat sekitar tempat tinggal dan sekolah.
- Mengenal kehidupan beragama yang dianut oleh penduduk sekitar tempat tinggal dan sekolah.
- Mengenal kebudayaan termasuk kesenian yang ada di sekitar tempat tinggal dan sekolah.
- Mengenal susunan pemerintahan setempat seperti RT, RW, desa atau kelurahan dan kecamatan.
Pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar dalam kegiatan pendidikan untuk anak usia dini sebaiknya dimulai dari lingkungan yang terkecil atau paling dekat dengan anak.
3. Lingkungan budaya
Di samping lingkungan sosial dan lingkungan alam yang sifatnya alami, ada juga yang disebut lingkungan budaya atau buatan yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Misalnya ; Bendungan Irigasi, kolam ikan, pabrik dan sebagainya.
Anak usia dini dapat mempelajari lingkungan buatan dari berbagai aspek seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya dukungnya, serta aspek lain yang berkenaan dengan pembangunan dan kepentingan masyarakat pada umumnya.
Agar penggunaan lingkungan ini efektif perlu disesuaikan dengan tujuannya. Dengan begitu, maka lingkungan ini dapat memperkaya dan memperjelas bahan belajar dan bisa dijadikan sebagai pusat belajar anak. Dampak Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Memanfaatkan lingkungan sekitar kita dengan membawa anak usia dini untuk mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar. Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas dan dalam rumah, namun juga di luar ruangan kelas atau luar rumah. Dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar, sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, dan budaya, perkembangan emosional serta intelektual anak usia dini.
Perkembangan Fisik
Lingkungan sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan fisik anak usia dini, untuk mengembangkan otot-ototnya. Anak memiliki kesempatan yang alami untuk berlari-lari, melompat, berkejar-kejaran dengan temannya dan menggerakkan tubuhnya dengan cara-cara yang tidak terbatas. Kegiatan ini sangat alami dan sangat bermanfaat dalam mengembangkan aspek fisik anak.
Dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajarnya, anak usia dini menjadi tahu bagaimana tubuh mereka bekerja dan merasakan bagaimana rasanya pada saat mereka memanjat pohon tertentu, berayun-ayun, merangkak melalui sebuah terowongan atau berguling di dedaunan.
Perkembangan aspek keterampilan sosial
Lingkungan secara alami mendorong anak untuk berinteraksi dengan anak-anak yang lain bahkan dengan orang-orang dewasa. Pada saat anak mengamati objek-objek tertentu yang ada di lingkungan pasti dia ingin menceritakan hasil penemuannya dengan yang lain. Supaya penemuannya diketahui oleh teman-temannya, anak tersebut mencoba mendekati anak yang lain sehinga terjadilah proses interaksi/hubungan yang harmonis.
Anak-anak dapat membangun keterampilan sosialnya ketika mereka membuat perjanjian dengan teman-temannya untuk bergantian dalam menggunakan alat-alat tertentu pada saat mereka memainkan objek-objek yang ada di lingkungan tertentu. Melalui kegiatan seperti ini anak berteman dan saling menikmati suasana yang santai dan menyenangkan.
Perkembangan aspek emosi
Lingkungan pada umumnya memberikan tantangan untuk dilalui oleh anak usia dini. Pemanfaatannya akan memungkinkannya untuk mengembangkan rasa percaya diri yang positif. Misalnya bila anak diajak ke sebuah taman yang terdapat beberapa pohon yang memungkinkan untuk mereka panjat.
Dengan memanjat pohon tersebut, anak usia dini dapat mengembangkan aspek keberaniannya sebagai bagian dari pengembangan aspek emosinya.
Perkembangan intelektual
Anak usia dini belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide. Lingkungan menawarkan kepada orang tua kesempatan untuk menguatkan kembali konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran. Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu (warna, jumlah, bentuk, fungsi dll) secara alami.
Konsep warna yang diketahui dan dipahami anak di rumah, tentunya akan semakin nyata apabila orang tua mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar. Pemanfaatan lingkungan menjadikan aktivitas belajar anak usia dini yang lebih meningkat.
Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan anak usia dini bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para orang tua untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
Lingkungan merupakan sumber belajar yang kaya dan menarik untuk anak usia dini. Lingkungan manapun bisa menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak usia dini. Jika pada saat belajar di dalam rumah anak usia dini hanya kita perkenalkan dengan gambar binatang, maka dengan kita memanfaatkan lingkungan, anak usia dini akan dapat memperoleh pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut, kita dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam rumah ke alam terbuka atau lingkungan. Namun jika kita hanya menceritakan kisah tersebut di dalam rumah, nuansa yang terjadi tidak akan sealamiah seperti halnya jika kita mengajak anak untuk ke luar rumah dan memanfaatkan lingkungan.
Lingkungan yang ada di sekitar anak kita merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Lingkungan menyediakan berbagai hal termasuk alat permainan yang mendidik dan bahan yang dapat dipelajari anak usia dini.
Syarat Pemilihan Sumber Belajar
Telah kita ketahui bersama bahwa upaya untuk mengoptimalkan sumber belajar merupakan sesuatu yang penting. Mengapa? Karena dengan penggunaan sumber belajar ini, orang tua akan menghasilkan proses pembelajaran yang murah, berkualitas, menarik dan menyenangkan bagi anak. Namun demikian ada sejumlah pertimbangan yang harus kita perhatikan, ketika akan memilih sumber belajar, yaitu :
  1. Mengandung unsur pendidikan (nilai edukatif)
  2. Praktis dan sederhana artinya mudah dalam pengaturannya.
  3. Aman, nyaman dan bersih
  4. Mampu mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak
  5. Sesuai dengan taraf berfikir dan kemampuan anak.
Berbagai kriteria tersebut tidak kaku, tetapi penting untuk diperhatikan demi terwujudnya efektifitas dan efisiensi dari sumber belajar yang dipilih, sehingga betul-betul bermanfaat.
Kiat-Kiat Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Anak Usia Dini
  1. Mengolah dan Memanfaatkan Lingkungan Menjadi Alat Permainan Yang Mendidik
Contoh :
      Membuat mobil-mobilan dari kulit jeruk bali, batang pisang dll.
      Membuat rumah-rumahan dari kardus bekas
      Membuat ayunan di pohon dari tali yang kuat.
      Membuat kolam/akuarium ikan atau kandang hewan piaraan (kucing, kelinci, dll)
      Membuat kuda-kudaan dari pelepah pisang
      Membuat bola dari kertas koran
      Dan sebagainya.
2.    Memanfaatkan Lingkungan Secara Langsung, seperti mengamati binatang, tumbuhan, batu-batuan, kejadian alam (hujan, gerakan angin, air dan sebagainya)
Misal : Biasanya anak usia dini serius jika menemukan serangga, misalnya seekor laba-laba kecil yang menarik baginya. Bila kita melihat hal ini, berilah bimbingan kepadanya dengan cara menanyakan apa yang sedang diamatinya.
Manfaat yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah anak usia dini dapat mengembangkan kecerdasannya dengan mengetahui berbagai benda yang diamatinya. Selain itu juga anak akan dapat mengembangkan ketrampilan sosialnya yaitu dengan mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang tuanya.
Upaya kita dengan mengamati apa yang menarik bagi anak juga akan dapat mengembangkan emosi anak misalnya pada saat ia mengungkapkan hal-hal yang menarik baginya, ia menunjukkan ekspresi yang serius dan pandangan mata yang tajam. Kemampuan berbahsa anak juga akan semakin meningkat jika kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya mengungkapkan berbahasa anak, kosa katanya akan berkembang.
3.    Bertanya dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka.
Memberikan pertanyaan kepada usia dini mendorong mereka untuk menjelaskan mengenai berbagai hal yang mereka alami dan mereka lihat.
“Coba ada berapa kaki laba-laba itu Nak?”
Pertanyaan yang bersifat terbuka akan memacu anak kita untuk mengungkap berbagai hal yang diamatinya secara bebas sesuai dengan kemampuan berbahasanya.
4.    Perhatikan dan gunakan saat yang tepat untuk mengajak bermain.
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sebenarnya memberikan berbagai pilihan dalam pembelajaran anak usia dini. Hal tersebut disebabkan ragam dan pilihan sumber belajarnya sangat banyak. Dengan memanfaatkan lingkungan kegiatan belajar akan lebih berpusat pada anak.
5.    Gunakan kosa kata yang beragam untuk menjelaskan hal-hal baru
Anak usia dini terkadang mengalami kekurangan perbendaharaan kata untuk menjelaskan apa yang mereka lihat. Keterbatasan kosa kata yang terjadi pada anak harus kita bantu, sehingga tahap demi tahap kemampuan berbahasa dan perbendaharaan kosa katanya akan semakin bertambah.
Misalnya :
“Lihat Nak, biji jagungnya keluar sesuatu setelah kita tanam. Itu namanya akar, alat tanaman jagung untuk mengambil makanan dari dalam tanah” ”Coba perhatikan awan yang berwarna hitam itu Nak. Isinya titik-titik air, yang kalau semakin berat akan jatuh, maka jadilah hujan”
6.    Cobalah bersikap lebih ingin tahu
Sebagai orang tua, kita tidak selamanya mengetahui jawaban-jawaban atas pertanyaan anak kita. Namun orang tua yang mengetahui berbagai hal akan menumbuhkan kepercayaan anak kepada kita. Anak usia dini merasa memiliki orang yang dapat dijadikannya tempat bertanya mengenai hal-hal yang tidak dapat mereka pecahkan. Sebaliknya jika kita tidak mengetahui banyak hal, akan menimbulkan ketidakyakinan kepada anak kita, karena setiap ia menanyakan sesuatu, ia tidak mendapatkan jawaban yang jelas dan tidak memuaskan.
Jadi sebagai orang tua, sebaiknya kita juga selalu belajar, sehingga kita memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dalam mengembangkan pembelajaran anak usia dini dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya.
Penutup
Para orang tua yang berbahagia, jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan anak usia dini, karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas. Selain itu lebih menyenangkan, sebab mereka dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut.
Penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna, sebab anak usia dini dihadapkan dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya. Hal ini akan memenuhi prinsip kekonkritan dalam belajar sebagai salah satu prinsip pendidikan anak usia dini. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada penghayatan nilai-nilai atau aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya. Kesadaran akan pentingnya lingkungan dalam kehidupan bisa mulai ditanamkan pada anak sejak dini, sehingga setelah mereka dewasa kesadaran tersebut bisa tetap terpelihara.
Para orang tua yang tercinta, tahukah berapa lama benda-benda berikut dapat terurai di dalam tanah ?
  1. Kertas : 2,5 bulan
  2. Kain katun : 1,5 tahun
  3. Kardus/karton : 5 bulan
  4. Filter rokok : 10-12 tahun
  5. Kantung plastik : 10-20 tahun
  6. Sepatu kulit : 25-43 tahun
  7. Baju/kaos berbahan nilon : 30-40 tahun
  8. Plastik keras (botol plastik, dll) : 50-80 tahun
  9. Aluminium : 80-100 tahun
  10. Kaleng timah : 200-400 tahun
  11. Styrofoam : tidak bisa terurai
Padahal jika kita amati benda-benda tersebut setiap hari semakin bertambah di lingkungan kita. Mari kita manfaatkan berbagai jenis sumber belajar itu menjadi alat-alat permainan yang mendidik, dan bermanfaat untuk anak kita. Semoga kita bisa membantu menyelamatkan bumi kita, dengan cara yang sederhana namun bermakna. Selamat mencoba.



Sumber Bacaan :
Hubungan antara Gaya Pengasuhan Orang Tua dengan • Tingkah Laku Prososial Anak, Mahmud, H. R. Jurnal Psikologi. Vol II. No. 1, h. 1-9: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh tahun 2003.
Psikologi Perkembangan, Hurlock, E. B.. Alih bahasa: • Dra. Istiwidayanti dan Drs Soedjarwo, M.Sc.: Erlangga Jakarta th.1993
Definisi Teknologi Pendidikan (Penerjemah Yusufhadi • Miarso),
Association for Educational Comunication Technology • (AECT), Jakarta: C.V. Rajawali. Tahun 1986.
Instructional Technology and Media for Learning, Sharon • E. Smaldino, dkk, New Jersey: Pearson Merril Prentice Hall tahun 2005.

Dedy Andrianto, S.Kom

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal
Kementerian Pendidikan Nasional
Tahun 2011

0 comments:

Post a Comment