Tema Parenting : (Membangun Karakter Anak Usia Dini)
SERI BACAAN ORANG TUA
Karakter bangsa merupakan aspek
penting yang menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter bangsa sangat
bergantung pada kualitas sumber daya manusianya (SDM). Oleh karena itu, karakter
yang berkualitas perlu dibina sejak usia dini agar anak terbiasa berperilaku
positif. Kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini akan membentuk
pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak.
KARAKTER adalah watak, sifat, atau
hal-hal yang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang sehingga membedakan
seseorang daripada yang lain. Sering orang menyebutnya dengan ”tabiat” atau
”perangai”. Apa pun sebutannya, karakter adalah sifat batin manusia yang
memengaruhi segenap pikiran, perasaan, dan perbuatannya.
Karakter ibarat pisau bermata dua.
Karakter memiliki kemungkinan akan membuahkan dua sifat yang berbeda atau
saling bertolak belakang. Contoh, anak yang memiliki keyakinan tinggi. Hal ini
akan menumbuhkan sifat berani sebagai buah keyakinan yang dimilikinya atau
justru sebaliknya memunculkan sifat sembrono, kurang perhitungan karena terlalu
yakin akan kemampuannya.
Begitu besar pengaruh karakter dalam
kehidupan seseorang. Maka itulah pembentukan karakter harus dilakukan sejak
usia dini.
Taburlah satu pikiran positif, maka akan menuai tindakan.
Taburlah satu tindakan, maka akan menuai kebiasaan.
Taburlah satu kebiasaan, maka akan menuai karakter.
Taburlah satu karakter, maka akan menuai nasib.
Membangun karakter ibarat mengukir.
Sifat ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang diukir, tidak mudah usang
tertelan waktu atau aus karena gesekan. Menghilangkan ukiran sama saja dengan
menghilangkan benda yang diukir itu, karena ukiran melekat dan menyatu dengan
bendanya. Demikian juga dengan karakter yang merupakan sebuah pola, baik itu
pikiran, perasaan, sikap, maupun tindakan, yang melekat pada diri seseorang
dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan.
Proses membangun karakter pada anak
juga ibarat mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga ”berbentuk”
unik, menarik, dan berbeda antara satu dengan yang lain. Setiap orang memiliki
karakter berbeda-beda. Ada orang yang berperilaku sesuai dengan nilai-nilai,
ada juga yang berperilaku negatif atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
berlaku dalam budaya setempat (tidak/belum berkarakter atau “berkarakter”
tercela).
Dengan demikian, dalam pendidikan
karakter, setiap anak memiliki potensi untuk berperilaku positif atau negatif.
Jika ibu-ayah membentuk karakter positif sejak anak usia dini, maka yang
berkembang adalah perilaku positif tersebut. Jika tidak, tentu yang akan
terjadi sebaliknya. Nah, bagaimana cara membangun karakter anak, berikut ini
diuraikan beberapa hal yang perlu diketahui ibu-ayah.
A. PEMBENTUKAN KARAKTER DIPENGARUHI FAKTOR BAWAAN DAN LINGKUNGAN
Ada dua faktor yang memengaruhi
pembantukan karakter, yaitu bawaan dari dalam diri anak dan pandangan anak
terhadap dunia yang dimilikinya, seperti pengetahuan, pengalaman,
prinsip-prinsip moral yang diterima, bimbingan, pengarahan dan interaksi
(hubungan) orangtua-anak. Lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang
positif pula pada anak.
Salah satu contoh kisah nyata,
seorang anak laki-laki dibesarkan dalam lingkungan binatang. Si anak berjalan
dengan merangkak, makan, bertingkah laku, dan bersuara seperti binatang karena
ia tidak bisa bicara. Orang yang menemukan si anak berusaha mendidiknya kembali
seperti halnya anak-anak pada umumnya.
Hasilnya, si anak tetap memiliki
pribadi seperti binatang karena sebagian besar hidupnya dilalui bersama binatang
sejak usia dini. Tampak di sini betapa besar pengaruh lingkungan terhadap
pembentukan karakter. Dari contoh tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
karakter seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh bawaan, tetapi juga lingkungan
(terutama, dalam keluarga) memiliki pengaruh yang sangat besar.
Karakter
berhubungan dengan perilaku positif yang berkaitan dengan moral yang berlaku,
seperti kejujuran, percaya diri, bertanggung jawab, penolong, dapat dipercaya,
menghargai, menghormati, menyayangi, dan sebagainya. Pada dasarnya, setiap anak
memiliki semua perilaku positif tersebut, sebagaimana telah ditanamkan oleh
Sang Pencipta di dalam kodratnya.
Masalahnya, kemampuan dasar yang
terdapat di dalam diri anak itu tidak bisa berkembang dengan sendirinya,
melainkan harus dikembangkan dengan sungguh-sungguh melalui pengasuhan dan
bimbingan yang positif dari ibu-ayah. Jika setiap anak dan keluarga memiliki
karakter positif, maka akan tercipta masyarakat dengan moral yang baik,
sehingga akan tercipta pula bangsa yang dapat hidup rukun sesuai dengan
aturan-aturan yang berlaku.
B. ORANGTUA YANG BERKARAKTER MENUMBUHKAN ANAK YANG BERKARAKTER
Seseorang tidak dapat membantu orang
lain jika ia tidak dapat membantu dirinya sendiri. Begitu juga dengan orangtua
yang ingin menumbuhkan karakter positif dalam diri anak. Jika ibu-ayah ingin
anaknya memiliki karakter positif, maka ibu-ayah harus memiliki karakter
positif pula. Ini berarti, ibu-ayah dituntut menerapkan nilai-nilai moral dalam
kehidupan sehari-harinya, serta memperlakukan anak sesuai dengan nilai-nilai
moral tersebut. Jadi, tidak hanya sekadar memberi tahu apa yang harus dilakukan
dan apa yang tidak boleh dilakukan anak.
Lagi pula, pada dasarnya anak memang
lebih mudah belajar sesuatu melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain
atau lingkungan sekitarya, bukan sekadar mendengarkan kata-kata saja.
Salah satu contohnya, jika ibu-ayah
ingin mengembangkan sifat peduli pada anak, maka ibu-ayah juga menerapkan
perilaku peduli, baik kepada anak maupun lingkungan sekitarnya. Sikap peduli
tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan perhatian kepada anak,
mendengarkan keluh-kesah anak, membantu orang lain yang sedang mengalami
masalah, dan sebagainya. Ketika ibu-ayah peduli dengan anak, anak akan merasa
nyaman.
Anak pun belajar, bersikap peduli
adalah perilaku yang tepat karena menimbulkan rasa nyaman dan bermanfaat bagi
setiap orang, sehingga anak kemudian akan menerapkan sikap peduli dalam
kehidupan sehari-harinya. Itulah mengapa, agar anak memiliki karakter positif,
ibu-ayah dituntut memiliki perilaku positif pula sehinga dapat menjadi teladan
bagi anak.
C. PEMBENTUKAN KARAKTER DIMULAI SEJAK DINI
Masa usia dini adalah masa keemasan,
artinya masa tersebut merupakan masa terbaik dalam proses belajar yang hanya
sekali dan tidak pernah akan terulang kembali. Pertumbuhan dan perkembangan
anak pada masa ini berlangsung sangat cepat dan akan menjadi penentu bagi
sifat-sifat atau karakter anak di masa dewasa. Peran ibu-ayah sebagai pendidik
pertama dan utama sangat penting untuk memaksimalkan dan memanfaatkan masa ini,
tidak dapat digantikan oleh siapa pun.
Bila masa ini gagal dimanfaatkan
secara baik, sama artinya menyia-nyiakan kesempatan masa keemasan tersebut.
Pembentukan karakter juga akan sulit dilakukan, jika ibu-ayah baru
melaksanakannya ketika anak sudah memasuki usia remaja. Ibarat sebatang pohon
bambu yang semakin tua semakin sulit dibengkokkan, begitu pula dengan membentuk
karakter, akan lebih mudah membentuk karakter seseorang ketika masih di usia
dini dan akan semakin sulit membentuk karakter seseorang jika sudah semakin
dewasa.
Peran ibu-ayah menjadi sangat penting
dalam pembentukan karakter anak untuk siap menghadapi dunia di masa yang akan
datang. Pada awalnya anak akan meniru perilaku ibu-ayah, karena ibu-ayah adalah
orang pertama yang dekat dan dikagumi oleh anak. Setelah itu, lingkungan rumah
juga berpengaruh dalam pembentukan karakter anak. Hal ini dapat terlihat dari
cara berpakaian, bersikap, dan berperilaku sehari-hari seorang anak yang biasanya
tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang ada dalam lingkungan rumahnya.
Ibarat pepatah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Kesuksesan ibu-ayah membimbing
anaknya di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial
di masa dewasanya kelak. Mereka akan tampil sebagai orang-orang yang senang
belajar, terampil menyelesaikan masalah, berkomunikasi dengan baik dan berhasil
guna, berani, jujur, dapat dipercaya dan diandalkan, penuh perhatian,
toleransi, luwes, serta bisa bersaing dalam kehidupan sosial di masa dewasanya
kelak. Mengingat pentingnya penanaman karakter di usia dini dan mengingat usia
tersebut merupakan masa persiapan untuk sekolah, maka pembentukan karakter
positif di usia dini dalam keluarga menjadi sangat penting.
D. PEMBENTUKAN KARAKTER BERLANGSUNG SEUMUR HIDUP
Proses pembentukan karakter diawali
dengan kondisi pribadi ibu-ayah sebagai figur yang berpengaruh untuk menjadi
panutan, keteladanan, dan diidolakan atau ditiru anak-anak. Anak lebih mudah
meniru perilaku daripada menuruti nasihat yang diberikan ibu-ayahnya.
Mereka belajar melalui mengamati apa
yang ada dan terjadi di sekitarnya, bukan lewat nasihat semata-mata. Nilai yang
diajarkan melalui kata-kata, hanya sedikit yang akan mereka lakukan, sedangkan
nilai yang diajarkan melalui perbuatan, akan banyak mereka lakukan. Sikap dan
perilaku ibu-ayah sehari-hari merupakan pendidikan watak yang terjadi secara
berkelanjutan, terus-menerus dalam perjalanan umur anak.
Proses selanjutnya adalah memberikan
pemahaman dan contoh perilaku kepada anak tentang baik dan buruk, benar atau
salah, mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Anak juga perlu diajarkan
untuk dapat memilah dan memilih sesuatu yang baik, sehingga ia bisa mengerti
tindakan apa yang harus diambil, serta mampu mengutamakan hal-hal positif untuk
dirinya. Untuk itu diperlukan suasana pendidikan yang menganut prinsip 3A,
yaikni asih (kasih), asah (memahirkan), dan asuh (bimbingan). Anak akan tumbuh
dan berkembang dengan baik kalau mendapatkan perlakuan kasih sayang, pengasuhan
yang penuh pengertian, serta dalam situasi yang dirasakan nyaman dan damai.
E.MENCINTAI ANAK TANPA SYARAT
Anak akan mengembangkan pergaulan
sosialnya secara sehat, jika dalam diri mereka ada perasaan berharga,
berkemampuan, dan pantas untuk dicintai. Setiap anak membutuhkan perhatian,
sapaan, penghargaan positif, dan cinta tanpa syarat sehingga anak dapat
mengembangkan seluruh kemampuan yang ada dalam dirinya dengan baik. Berdasarkan
pengalaman ini anak juga akan memperlakukan orang lain dengan cinta dan
perhatian, memperlakukan orang lain secara positif sesuai dengan nilai-nilai
moral yang diperoleh.
Anak pun akan memahami,
teman-temannya juga pantas dihargai, dicintai, dan diperhatikan seperti
dirinya. Menunjukkan cinta tanpa syarat tidak berarti ibu-ayah tak boleh
menegur perbuatan negatif anak. Ibu-ayah tetap harus menegur dan memberikan
sanksi atas pelanggaran atau perbuatan negatif tersebut. Perlu pemahaman
ibu-ayah untuk membedakan antara ”perbuatan yang dilakukan” dengan “pribadi”
anak itu sendiri.
Bukan “pribadi” anak itu yang membuat
ibu-ayah marah, tetapi salah satu perbuatannya. Tunjukkan kesalahan sikap atau
perbuatannya sekaligus tetap menghargainya sebagai anak. Cinta tanpa syarat
berpusat pada “pribadi” anak, sedangkan pendisiplinan berfokus pada perilaku
atau sikap tertentu anak. Dalam membentuk karakter anak, ibu-ayah perlu
memahami tahapan perkembangan anak.
USIA 0—18 BULAN
Tahun pertama kehidupan anak menjadi
penting dalam membangun karakter anak. Caranya dengan membangun kualitas hubungan
antara ibu-ayah dan anak. Kepekaan ibu-ayah terhadap kebutuhan anak menjadi
akar dari pembentukkan karakter anak. Jika ibu-ayah peka atau tanggap terhadap
kebutuhan anak, maka anak akan merasa nyaman dan tumbuh rasa percaya di dalam
dirinya. Contoh, ketika anak menangis, ibu/ayah segera datang dan
menenangkannya; ketika lapar, ibu segera menyusuinya.
Dari sini anak belajar, peka/tanggap
terhadap kebutuhan orang lain adalah hal yang baik untuk dilakukan karena
menimbulkan rasa nyaman dan percaya. Sebaliknya, jika ibu-ayah tidak
peka/tanggap terhadap kebutuhan anaknya di tahun pertama kehidupan, anak akan
merasa tidak nyaman, sehingga tidak tumbuh rasa peka dan percaya terhadap orang
lain di dalam dirinya.
MEMBENTUK KARAKTER SESUAI TAHAPAN PERKEMBANGAN ANAK
USIA 18 BULAN - 3 TAHUN
Anak belum dapat memahami apa yang
benar dan salah. Anak belum memahami jika memukul orang lain itu salah,
misalnya. Anak mengetahui perbuatan apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan karena ibu-ayah memberitahukannya atau karena ibu-ayah memberinya
konsekuensi¹. Pada tahap ini anak belajar, mematuhi ibu-ayah adalah suatu
norma.
USIA 3 - 6 TAHUN
Anak mulai menjiwai nilai-nilai yang
diterapkan oleh ibu-ayah di dalam keluarga. Anak juga mulai memahami, setiap
perbuatannya dapat memiliki akibat tertentu sesuai dengan yang diajarkan oleh
ibu-ayah. Misalnya, jika memukul adik, maka adik akan menangis; tangan itu
digunakan bukan untuk memukul tetapi untuk melakukan hal yang baik seperti
membelai, mengusap, dan mendekap.
Dalam
upaya membentuk watak atau tabiat anak, ada beberapa hal yang perlu dilakukan
ibu-ayah.
1.
Menegakkan disiplin secara ajek.
1) Anak harus diperkenalkan dengan
batasan-batasan. Anak harus tahu mana batas-batasnya, apa yang menjadi tanggung
jawabnya, dan apa yang bukan merupakan tanggung jawabnya.
2) Ajak anak untuk membuat
batasan-batasan tersebut, tidak hanya dibuat oleh ibu-ayah saja. Pengenalan
batasan merupakan dasar penegakan disiplin, sehingga anak mengetahui perilaku
yang seharusnya dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
3) Ibu-ayah harus memiliki dan
menampilkan sikap dan perlakuan yang ajek. Bila satu saat melarang atau
membolehkan tingkah laku tertentu, di saat lain ketika suatu perilaku terulang
kembali, harus tetap pada sikap yang sama (tidak berubah).
APA YANG HARUS DILAKUKAN IBU-AYAH?
1) Hindari sikap keras karena hanya akan
melahirkan disiplin semu. Maksudnya, anak patuh karena takut akan mendapat
hukuman dari ibu-ayah apabila ia melanggar disiplin.
2) Jangan pula bersikap terlalu lemah
karena disiplin akan sulit ditegakkan atau akhirnya akan menghasilkan sikap
acuh tak acuh (masa bodoh), cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggung
jawab, dan tidak menumbuhkan norma-norma tertentu pada anak sebagai suatu
pembentukan karakter.
2.
Terlibat penuh dalam membangun karakter anak.
Ibu-ayah yang memiliki keinginan diri
dan terlibat sepenuhnya dalam menumbuhkan karakter anak akan lebih berhasil
dalam membentuk karakter anak. Begitu pun jika ibu-ayah dalam kesehariannya
mempraktikkan apa-apa yang akan ditanamkannya kepada anak.
Contoh, ibu-ayah ingin menanamkan
berperilaku jujur, bertutur kata sopan, serta bertanggung jawab. Namun bila
dalam keseharian ternyata ibu-ayah justru menampilkan perilaku yang sebaliknya,
maka apa yang akan terjadi dengan perkembangan jiwa anak? Anak akan mengalami
suatu kebingungan, mungkin juga konflik, karena ketidakajekan ibu-ayahnya dalam
berkata dan berperilaku. Inilah yang menjadikan alasan bagi anak untuk tidak
melakukan apa yang diinginkan ibu-ayahnya.
3.
Menjadi contoh yang baik atau teladan bagi anak.
Ingat, anak cenderung meniru perilaku
ibu-ayahnya dibandingkan hanya mendengarkan kata-katanya. Itulah mengapa,
ibu-ayah harus juga berperilaku sesuai dengan nilai-nilai keutamaan dalam
kehidupan sehari-hari. Nah, agar bisa menjadi contoh positif atau teladan bagi
anak, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian ibu-ayah, di antaranya:
1)
Menyadari
bahwa nilai-nilai merupakan dasar segala tingkah laku dan menjadikan diri
sebagai teladan utama bagi anak-anak.
2)
Menentukan
nilai-nilai yang paling sesuai serta menunjukkan nilai-nilai mana yang harus
diutamakan melalui kegiatan dan pengalaman sehari-hari.
3)
Menunjukkan
pribadi yang ramah, positif, dan terintegrasi².
4)
Menghadapi
anak dengan penuh penghargaan, cinta, dan pengertian.
5)
Meyakini
akan nilai-nilai yang paling sesuai untuk dimiliki.
6)
Menciptakan
pengalaman yang bernilai dan bermakna bersama anak, kemudian menanyakannya
kepada anak tentang bagaimana sebaiknya harus mengambil pilihan atau keputusan.
4.
Menumbuhkan nilai-nilai keutamaan pada anak.
Selain menjadi contoh positif atau
teladan bagi anak, untuk menumbuhkan nilai-nilai keutamaan pada anak, ibu-ayah
juga perlu melakukan hal-hal berikut:
1) Jelaskan kepada anak yang sudah dapat
berbicara, alasan penerapan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari. Ajak
anak bertukar pikiran agar ibu-ayah dapat mengetahui pendapatnya tentang
seberapa jauh ia memahami nilai-nilai moral tersebut.
2) Jelaskan kepada anak mengenai dampak
perilaku positif maupun negatif yang dilakukannya. Contoh, ketika anak
merapikan mainannya, ibu-ayah dapat mengatakan, ”Nak, mainannya kalau
dibereskan jadi rapi dan kamu akan lebih mudah untuk menemukan mainan yang
ingin kamu mainkan.” Begitu juga ketika anak melakukan kesalahan, semisal ia
memukul adiknya, katakan, “Adik jadi menangis kalau kamu pukul.”
3) Berikan penghargaan kepada anak,
seperti pujian, pelukan, ciuman, ucapan terima kasih, dan lainnya, ketika anak
berperilaku positif, sehingga anak terdorong untuk mengulangi perilaku positif
tersebut.
4) Bacakan dongeng atau cerita yang
mengisahkan suatu perbuatan baik/positif. Gunakan bahasa sederhana yang sesuai
dengan kemampuan berpikir anak agar anak dapat memahami dan menikmati isi
cerita tersebut.
PENUTUP
Karakter diartikan sebagai tabiat,
watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
daripada yang lain. Pembentukan karakter dimulai sejak usia dini dan
berlangsung sepanjang hidup manusia. Karakter anak akan terbentuk dengan baik
jika dalam proses tumbuh kembangnya anak mendapatkan cukup ruang untuk
mengungkapkan diri secara leluasa. Anak-anak adalah generasi yang akan
menentukan nasib bangsa ini dikemudian hari. Diharapkan, buku bacaan ini dapat
membantu membantu ibu-ayah dalam membentuk karakter ananda maupun mengubah
karakternya yang negatif, sehingga terbentuklah karakter yang baik.
DAFTAR ISTILAH
1. Konsekuensi = akibat tidak
menyenangkan yang harus diterima atas pelanggaran atau perbuatan salah/negatif
yang dilakukan
2. Terintegrasi = sudah diintegrasikan;
dapat diintegrasikan
3. Integrasi = pembauran hingga menjadi
kesatuan yang utuh atau bulat
SUMBER BACAAN
- The Family Virtue Guide: Smple Ways to Bring Out in
Our Children and Ourselves. Popov oleh Linda Kavelin. Penguin Book USA
Inc. Tahun 1997.
- Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur oleh Sedyawati,
dkk. Penerbit: Balai Pustaka, tahun 1999.
- 10 Tips for Raising Moral Kids. Dalam
http://www.micheleborba.com/Pages/ArtBMI13.htm.tanggal 23 Maret 2010
- The Disipline Book oleh Sears & Sears.Little
Brown & Company. Tahun 1995.
- Pendidikan Karakter oleh Abdullah Munir. Penerbit:
Pedagogia, tahun 2010
Dra. Nana Prasetyo, M.
Si.
Direktorat Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Dini
Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal
Kementerian Pendidikan
Nasional
Tahun 2011
0 comments:
Post a Comment