Friday, March 2, 2018

Mengasuh Anak Dengan Bijak - Konsultan PAUD


TEMA PARENTING : (Mengasuh Anak Dengan Bijak)
SERI BACAAN PARENTING  ORANG TUA

PENGARUH ORANGTUA PADA TUMBUH KEMBANG ANAK
Orangtua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak. Pendidik yang pertama, karena orangtualah yang pertama kali melakukan kegiatan pendidikan untuk memberikan pengaruh positif maupun negatif, bahkan semenjak dalam kandungan. Sebagai pendidik yang utama karena anak menjalin hubungan yang sangat kuat dalam waktu yang panjang dan dalam ikatan hubungan emosional yang kuat dengan orangtuanya.
Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa orangtua memberi pengaruh sebesar 70% terhadap pertumbuhan dan perkembangan anaknya, sisanya 30% dipengaruhi oleh lingkungan yaitu sekolah dan masyarakat. Sebab, anak lebih banyak menghabiskan waktunya bersama keluarga (utamanya dengan orangtuanya). Bahkan secara umum, orangtualah yang paling tulus ikhlas dalam melayani anak kandungnya.
Untuk itu, orangtua yang menginginkan masa depan anak-anaknya sukses, bermanfaat bagi sesamanya, berakhlak mulia, dan bahagia perlu belajar cara bergaul dan melayani anak dengan benar. Sayangnya, banyak orangtua malah melakukan hal yang seharus tidak dilakukan kepada anaknya sehingga merugikan perkembangan anak. Sebaliknya, mereka tidak melakukan hal-hal yang sebenarnya sangat dibutuhkan anak-anak agar mereka tumbuh dan berkembang optimal. Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan anak-anak menjadi tidak maksimal.
Tak hanya itu, pada beberapa kasus malah berkembang menjadi anak bermasalah yang dapat merugikan masa depannya. Selain juga, merugikan pihak lain (masyarakat dan keluarga) dengan kebiasaannya membuat masalah. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman orangtua tentang pendidikan anak usia dini.
Beberapa lembaga telah menyelenggarakan kursus bagi calon pengantin. Kursus tersebut bertujuan untuk memberi bekal kepada calon orangtua. Itu memberikan gambaran bahwa membangun rumah tangga perlu persiapan sebaik-baiknya. Termasuk diantaranya adalah kegiatan mendidik anak.
KIAT MENJADI ORANGTUA BIJAKSANA
Ada beberapa kunci sukses atau faktor utama yang menentukan keberhasilan orangtua dalam mendidik dan mengasuh anak dengan bijaksana. Berikut penjelasannya dan langkah-langkah yang dapat diikuti oleh ibu dan bapak.
HARGAI ANAK
Anak hendaknya diperlakukan sebagai pribadi yang dihargai sebagaimana ibu – bapak menghargai orang yang sejajar dengan kita. Ini menjadi penting karena akan meningkatkan harga diri dan rasa percaya dirinya (konsep diri). Selain juga secara langsung mengajarkan untuk bersikap menghargai orang lain. Anak adalah peniru yang ulung. Mereka belajar dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Oleh karena itu hanya hal-hal positif yang perlu diberikan kepada anak. Beberapa contoh penghargaan orangtua kepada anak antara lain:
1.    Perhatikan dengan seksama saat anak bicara.
Ketika anak bicara perhatikan dengan sungguh-sungguh. Jangan mendengarkan anak berbicara sambil memandang ke arah lain, mengerjakan sesuatu, atau memikirkan hal lain. Bahkan ketika anak sedang bicara, kita tidak dianjurkan memikirkan jawabannya. Pikirkan jawabannya setelah anak selesai bicara. Tanggapan dan senyuman yang diberikan ketika bayi berceloteh akan memberikan dampak positif pada perkembangan bayi. Beberapa tips sederhana ketika kita berbicara dengan anak;
  1. Arahkan pandangan mata ke mata anak.
  2. Usahakan posisi sejajar dengan posisi anak. Jika anak berdiri, ibu dan bapak sebaiknya jongkok.
  1. Kedua tangan boleh sambil memegang bahu anak dengan hangat dan akrab.
  2. Jangan pikirkan jawaban atau tanggapan atas perkataan anak ketika anak sedang bicara, karena bisa menyebabkan ibu dan bapak menjadi kurang fokus.
2.    Dengar kata-kata anak.
Seringkali anak mengeluarkan pendapat dalam berbagai hal, misalnya tentang pakaiannya sendiri, cat rumah, cat kamar, masakan, dan lain sebagainya. Hargai pendapatnya. Orangtualah yang sebaiknya mengalah untuk pilihan-pilihan yang tidak prinsip atau mengganggu orang lain. Contoh, jika anak-anak menghendaki cat rumahnya orange dan biru tua, sedangkan orangtua lebih menyukai hijau muda (warna lembut). Sebaiknya pilihan anak yang dipakai, sedangkan orangtua mengalah.
  1. Minta pendapat mereka.
Pada saat akan memutuskan sesuatu, ajak anak bermusyawarah dan minta pendapatnya. Misal, masak apa hari ini, rumah dicat kembali atau tidak dan warnanya apa, penempatan perabot rumah. Usahakan pendapat anak yang diambil sebagai keputusan. Hal tersebut akan membuat mereka bangga. Jika sering diperlakukan demikian maka akan berdampak positip bagi perkembangan rasa percaya dirinya.
4. Biasakan menggunakan kata tolong, permisi, terimakasih.
Sebagai kolega yang sederajat, hendaknya ibu dan bapak santun kepada anak. Gunakan kata tolong pada saat butuh bantuan anak. Ucapkan terimakasih setelah anak menyelesaikan “perintah” yang diberikan. Awali dengan kata permisi dan meminta ijin atau persetujuan untuk hal-hal yang menjadi hak otonomi anak. Misalnya, pinjam pensil anak. Menggunakan kata-kata tersebut menggambarkan penghargaan kepada anak-anak.
5. Jangan permalukan anak.
Orangtua tanpa sadar kerap mempermalukan anak di depan orang lain, termasuk teman-temannya. Misalnya, menceritakan anaknya masih ngompol, makan masih berceceran, dan lain-lain. Tindakan tersebut sangat melukai hati anak dan dapat menurunkan harga diri, rasa percaya diri, dan konsep dirinya. Berbagai hal yang berpotensi membuat malu anak, biarlah menjadi rahasia anak tersebut. Bahkan sebaiknya ibu dan bapak berpura-pura tidak tahu, serta segera melupakan berbagai kelemahan yang dimiliki anak.
6.Gunakan kata-kata positif.
Ketika berkomunikasi dengan anak, gunakan bahasa yang positif. Kata-kata bernada positif yang dibarengi pandangan mata hangat dan penuh kasih sayang akan memberikan sinyal positif bagi anak. Selain itu juga memberikan pengaruh yang kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Seperti, ”Kamu hebat.”, ”Kamu anak pintar.”, ”Kami menyayangimu.”, ”Kami bangga padamu.” Sebaliknya, kata-kata negatif akan memperburuk perkembangan anak. Seperti, ”Kamu anak nakal.”, ”Bodoh.”, dan lain-lain
7.Berkata-kata lembut, tidak banyak mencela dan menegur.
Ada nasihat yang sangat berharga: ”Jangan banyak mengarahkan anak didik dengan celaan setiap saat, karena sesungguhnya yang bersangkutan akan menjadi biasa dengan celaan. Akhirnya ia akan bertambah berani melakukan keburukan, dan nasihat pun tidak dapat mempengaruhi hatinya lagi”.
Pada kisah lainnya di zaman Rasulullah, beberapa anak yang banyak melakukan kenakalan, pelanggaran moral, pada akhirnya kembali ke jalan yang lurus. Rasulullah tidak pernah sedikitpun mencela mereka, sebaliknya Rasulullah selalu berkata lembut dan sabar kepada mereka.
FAKTOR WAKTU
Kunci sukses berikutnya adalah perihal pengelolaan waktu. Kesalahan orangtua adalah tidak cukup punya waktu untuk anaknya. Seperti tenggelam oleh pekerjaan atau pun urusan yang tak kunjung selesai. Kesalahan lainnya adalah kadang-kadang orangtua salah dalam penetapan waktu, kapan bermain dengan anak, kapan menasihati anak, kapan berlaku tegas (dengan suara rendah namun menampakkan kewibawaan) dan sebagainya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola waktu untuk kepentingan anak antara lain:
  1. 1.Sediakan cukup waktu setidaknya seminggu sekali, lebih bagus jika setiap hari bersama anak. Waktu bersama anak bisa diisi bermain, mendongeng sebelum tidur, nonton TV bersama, dan lain-lain.
  2. 2.Jangan menasihati apalagi memarahi anak ketika sedang marah. Anak marah mungkin karena mainannya hilang atau rusak, badannya sakit, permennya jatuh, dan sebagainya.
  3. 3.Untuk orangtua (utamanya ibu) yang sibuk bekerja di luar rumah, usahakan menelepon setiap siang dengan suara yang lembut dan hangat. Minta anak bercerita tentang pengalamannya pada pagi itu di sekolah, tentang makannya, dan lain-lain. Jika anak tengah marah, beri kesempatan menumpahkan kekesalannya melalui telepon.

MEMBANGUN DISIPLIN
Membangun disiplin pada anak tidak sama dengan menegakkan disiplin pada orang dewasa. Harus sedikit demi sedikit dan dimulai dari yang kecil. Pada orang dewasa dikenal dengan berbagai sangsi pada setiap pelanggaran, tidak demikian halnya dengan anak-anak. Anak tidak pernah melakukan pelanggaran karena anak belum mengerti yang benar dan salah. Butuh waktu, proses serta tahapan. Untuk itu, kesabaran dan ketelatenan orangtua sangat diperlukan dalam membangun disiplin anak. Berikut beberapa kiat dalam membangun disiplin anak :
1. Pada usia baru lahir hingga satu tahun
Melalui pola tidur dan pola menyusui. Upayakan anak lebih banyak tidur pada malam hari sedangkan siangnya lebih banyak ”bermain” dengan orangtuanya. Semisal banyak diajak berbicara, atau di sentuh-sentuh, di kudang-kudang, dan lain-lain. Pola menyusui, upayakan setiap jam sekali. Anak yang sedang tidur pada siang hari bisa dibangunkan jika tiba jadwalnya menyusu.
2. Pada usia 1-2 tahun
1)    Pelatihan buang air kecil, misalnya mengajak anak kencing di kamar mandi pada jam-jam tertentu, setiap bangun tidur, pulang dari bepergian, menjelang tidur, dan lain-lain.
2)    Jadwal makan, misalnya setiap jam delapan pagi dan empat sore.
3)    Memakai sandal bila bermain di luar rumah.
4)    Mendahulukan yang kanan jika memakai baju, sandal, dan lain-lain.
5)    Dan lain sebagainya.
3. Pada usia 2-3 tahun
1)    Menggosok gigi setiap pagi dan malam hari menjelang tidur
2)    Mengembalikan mainan ke tempatnya
3)    Mengucapkan salam setiap masuk rumah, mengucapkan terimakasih sehabis menerima bantuan atau pemberian orang lain.
4. Pada usia 3-4 tahun
1)    Membuang sampah di tempatnya
2)    Menempatkan pakaian kotor, sandal, sepatu, di tempatnya
3)    Mandi pagi jam enam dan jam empat pada sore
4)    Berdoa sebelum makan dan sebelum tidur
5. Pada usia 4-5 tahun
1)    a.Menyiapkan keperluan sekolah
2)    b.Memasukkan bekal ke dalam tas
3)    c.Mulai diberi tanggungjawab ringan membantu orangtua, misal, membuang sampah, menyiapkan sepatu bapak, mengambil koran di halaman, menyiram tanaman dan lain-lain. Biarlah anak memilih tugas yang disukainya.
6. Pada usia 5-6 tahun;
1)    a.Mulai diberlakukan jadwal belajar, jadwal bermain, dan jadwal menonton TV
2)    b.Mulai disepakati acara TV apa yang boleh ditonton dan tidak ditonton
3)    c.mulai belajar sholat secara teratur .
KASIH SAYANG
Kehangatan kasih sayang orangtua, dalam berbagai penelitian bisa memengaruhi secara positif pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang diberi kehangatan dan kasih sayang yang tulus akan meningkatkan status kesehatan dan kecerdasan anak. Banjiri anak-anak dengan kalimat yang menyenangkan, sentuhan kasih-sayang, pelukan, ciuman, senyuman, dipangku, dibelai, dan lain-lain.
Anak yang merasa lingkungannya (utamanya orangtua) memberi kasih sayang yang tulus dan dalam jumlah yang cukup. Hasilnya, bisa dipastikan bahwa anak akan bersikap dan berprilaku positip. Sebaliknya, anak merasa tidak mendapatkan perhatian dan kasih-sayang dari orangtuanya seperti yang diharapkan, maka anak berisiko akan berkembang menjadi anak bermasalah.
Berikut beberapa cara orangtua menyatakan kasih sayangnya kepada anak-anaknya:
1)    Sering mencium, memeluk, dan membelainya
2)    Memberikan senyuman yang tulus
3)    Memberi panggilan yang menyenangkan anak, misalnya ”Hai jagoan.”, ”Hai si hebat.”, ”Hai anak pintar.”, dan lain-lain.
4)    Dengan pernyataan-pernyataan ”Aku mencintaimu.”
5)    Memanggul di pundaknya
6)    Bermain bersama
7)    Membacakan buku sebelum tidur
8)    Menggendong sambil bersenandung
9)    dan lain-lain.
RASA AMAN DAN NYAMAN
Di dalam rumah, di tempat lain saat anak bersama keluarganya, di sekolah bersama lingkungan yang berbeda, anak harus selalu merasa aman dan nyaman. Anak harus terhindar dari rasa takut, khawatir, cemas, gelisah dan lain-lain. Suasana aman dan nyaman harus selalu diciptakan oleh orang dewasa di sekitar anak. Mendidik anak dengan cara menakut-nakuti justru akan merugikan perkembangan anak.
BERKOMUNIKASI
Berkomunikasi atau mengobrol adalah salah satu cara untuk mengembangkan perilaku dan kemampuan dasar anak usia dini. Lakukan kegiatan ini semenjak dalam kandungan. Mengobrol akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak sekaligus memperbanyak ragam kata yang diketahui.
Kegiatan mengobrol bersama anak juga meningkatkan kecerdasan berbahasa, dan intelegensinya. Daya pikir, daya cipta, imajinasi, daya inisiasi, emosi, sosial, moral, agama, pengetahuan, fisik, seni, dan lainnya akan meningkat sejalan dengan meningkatnya kemampuan intelektualnya (intelegensinya). Oleh karena itu, sediakan waktu sebanyak-banyaknya untuk mengobrol bersama anak. Kurangi acara nonton TV karena sedikit sekali memberikan nilai tambah kepada anak. Bahkan, seringkali merugikan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Berikut kegiatan bermain untuk membangun komunikasi dengan anak;
1. Main telepon-teleponan.
Ibu dan bapak serta anak bisa menggunakan hand phone (HP) sungguhan ataupun mainan menyerupai HP. Orangtua berpura-pura sedang berbicara dengan anaknya dengan menanyakan apa kabar, dimana sekarang, bagaimana keadaan di sekolah, tentang makanan, mainan dan lainnya. Atau, orangtua berpura-pura berbicara dengan temannya, dengan bertanya di mana rumahnya, sekarang kerja di mana, anaknya berapa, anaknya sekolah dimana, anaknya suka makan sayur atau tidak, dan lain sebagainya.
2. Main tanya-jawab sambil melempar bola
Permainan ini sebaiknya dimainkan 3 orang atau lebih. Cara bermainnya:
1)    Melempar bola kepada B. Selanjutnya, A mengajukan pertanyaan ringan tentang apa saja kepada B.
2)    Berikutnya B melempar bola kepada C. Selanjutnya, B bertanya kepada C.
3)    Melempar bola kepada A. C mengajukan pertanyaan kepada A, dan seterusnya.
4)    Permainan dihentikan jika salah satu pemain minta dihentikan dan sudah tidak ingin melanjutkan permainan.
3. Main Peran
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bermain peran:
  1. Ciptakan suasana yang tenang, nyaman, hangat, dan menyenangkan.
  2. Gunakan bahasa yang sesuai dengan kemampuan anak.
  3. Pilih topik yang menarik bagi anak-anak.
  4. Jangan langsung mengkritik atau menyalahkan yang disampaikan anak, meskipun yang disampaikan salah atau tak pantas.
  5. Beri kesempatan bicara yang seluas-luasnya kepada anak. Upayakan anak yang lebih banyak berbicara dan orangtua hanya mendengarkan.
4.Pembicaraan di meja makan.
Saat makan adalah kesempatan baik untuk berkomunikasi dengan anak. Upayakan dengan posisi melingkar. Jika tidak punya meja makan, bisa dengan duduk beralas tikar. Tidak penting bentuk meja, ruang makan, dan menu makanannya. Utamanya adalah bisa makan bersama, mengobrol, dalam suasana damai yang diciptakan. Berikut beberapa tip makan bersama:
  1. Usahakan minimal seminggu sekali makan bersama keluarga
  2. Pastikan sebelum makan bersama semua dalam keadaan gembira
  3. Pancing anak-anak untuk menceritakan pengalamannya
  4. Berbagai hal misalnya pembagian tugas rumah, menentukan cat rumah, dan lainnya, bisa dimusyawarahkan di meja makan.
  5. Masalah yang dihadapi oleh anggota keluarga bisa dicarikan jalan keluar dengan musyawarah di meja makan.
  6. Makan bersama dalam rangka membangun keakraban keluarga.
5. Obrolan menjelang tidur.
Ketika anak-anak berangkat tidur sebaiknya orangtua mendampingi. Kegiatan yang bisa dilakukan antara lain mendongeng, membacakan buku cerita, atau mengobrol, sambil memijit-mijit lembut kaki anaknya. Berikan kesempatan kepada anak untuk menceritakan pengalamannya, saat di rumah, bersama teman-teman di kampung, maupun di sekolah. Orangtua hendaknya mendengarkan dengan seksama yang diceritakan anak.
Silakan bertanya bila ada yang belum dimengerti. Jangan mengkritik atau mengadili anak dengan mengatakan salah atau benar. Anak bebas menceritakan seluruh pengalamannya. Sifat kritis dan menyalahkan dari orangtua hanya akan membelenggu kebebasan anak dalam menyampaikan isi hatinya. Orangtua juga dapat menyisipkan pesan-pesan moral dan etika melalui obrolan ini.
JAUHKAN ANAK DARI SUMBER BAHAYA
Anak yang sehat adalah selalu bergerak dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Anak selalu ingin mencoba apapun untuk memenuhi rasa ingin tahunya tersebut. Setiap benda yang ada dihadapannya pasti dicoba untuk dipahaminya. Ketika masih bayi maka benda tersebut akan dimasukkan ke mulutnya. Bayi pun memasukkan jari-jarinya ke colokan listrik, bermain api, dan sebagainya. Itu karena anak belum mengerti tentang bahaya dan apa yang dipegang atau dimainkannya. Tugas orangtua adalah menjauhkan anak-anak dari bahaya:
  1. Singkirkan benda-benda tajam dari jangkauan anak-anak.
  2. Penempatan stop kontak hendaknya cukup tinggi sehingga tidak terjangkau oleh anak.
  3. Air panas di dapur hendaknya ditutup dan dilindungi
  4. Sehingga tidak memungkinkan anak menyentuhnya.
  5. Obat-obatan dan benda beracun lainnya hendaknya ditaruh di tempat yang tak terjangkau anak.
  6. Benda-benda yang mudah roboh dan bisa menimpa anak harus dijauhkan.
  7. Awasi gerak-geriknya.
BIARLAH ANAK MENJADI DIRINYA
Anak-anak terlahir dengan bekal dari Tuhan berupa potensi yang luar biasa. Namun, satu anak dengan anak lainnya berbeda. Untuk itu, orangtua jangan selalu memaksakan kehendaknya karena sangat merugikan bagi anak. Orangtua yang mengarahkan (dengan paksa) anaknya sesuai minat dan keinginan orangtua, tanpa memahami potensi dan minat anak, hanya akan mendorong kegagalan anak dalam hidupnya.
Ingat, anak bukanlah diri kita. Ibu dan bapak tidak bisa memprogram atau membentuk anak sesuai yang ada dalam pikiran diri sendiri. Ibu dan bapak hanya bisa mengenalkan berbagai pilihan, dan pada akhirnya anaklah yang menentukan sesuai minat dan bakatnya.
DOA
Hal lain yang tidak kalah penting adalah doa orangtua. Orangtua sebaiknya mendoakan anak-anaknya dalam setiap kesempatan. Doa orangtua akan berkaitan dengan pertolongan Tuhan. Selain juga akan membimbing perilaku orangtua terhadap anaknya sesuai dengan doa yang diucapkan.
PESAN UNTUK IBU DAN BAPAK
Menjadi orangtua bijaksana, yang mampu mengasuh dengan bijaksana, sebenarnya bisa dilakukan oleh siapapun. Asalkan mau sabar dan belajar. Orangtua yang bijaksana akan memberi pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Kelak setelah dewasa, anak akan menjadi ”seseorang” sangat dipengaruhi pola asuh yang diberlakukan oleh orangtuanya. Secara normal tidak ada orangtua yang menghendaki anaknya sengsara dan tidak bahagia di masa dewasanya. Sayangnya, tidak jarang orangtua yang melakukan kesalahan dan berdampak buruk. Penyebabnya, kekurangpahaman orangtua, serta kurangnya pengetahuan.
Rumah adalah basis utama pendidikan dan sebagai pendidik utamanya adalah orangtua. Orangtua adalah faktor utama yang memengaruhi anak kelak. Untuk itu, rumah sebagai basis utama pendidikan harus mendapat perhatian dibanding sekolah. Jika para pendidik di sekolah secara berkala mendapat pelatihan untuk meningkatkan kemampuan, maka sudah selayaknya orangtua juga mengupayakan dirinya agar meningkat kemampuannya. Jika guru di sekolah memberlakukan peraturan jumlah minimal waktu mengajar, maka orangtua sudah selayaknya menyediakan waktu yang cukup untuk bersama anak, mulai dari bermain bersama anaknya dan mendampingi anaknya belajar. Jika tugas guru di sekolah mungkin saja digantikan oleh guru lain, maka tugas orangtua nyaris tidak mungkin digantikan, kecuali oleh keadaan yang memaksa.
DAFTAR ISTILAH
Daya inisiasi: daya upaya atau daya juang yang harus dijalani untuk mencapai sesuatu.
SUMBER BACAAN
1.    Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini, Winda Gunarti dkk, Universitas Terbuka, Jakarta 2008.
2.    Istimewakan setiap anak, Irawati Istadi, Pustaka Inti, Jakarta 2002.
3.    Tahapan Mendidik Anak, Teladan Rasulullah, Jamaal ’Abdur Rahman, Irsyad Baitus Salam, Bandung, 2005.
4.    10 Prinsip Spiritual parenting, Mimi Doe & Marsha Walch, Kaifa Bandung, 2001.
5.    Dream Smart for Parents, Yudistira S.A.Soedarsono, PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2007.

Drs. Totok Isnanto

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini
Nonformal dan InformalKementerian Pendidikan NasionalTahun 2011

0 comments:

Post a Comment