TEMA PARENTING : (Mengasuh Anak Dengan Bijak)
PENGARUH ORANGTUA PADA TUMBUH KEMBANG ANAK
Orangtua adalah pendidik yang pertama
dan utama bagi anak-anak. Pendidik yang pertama, karena orangtualah yang
pertama kali melakukan kegiatan pendidikan untuk memberikan pengaruh positif
maupun negatif, bahkan semenjak dalam kandungan. Sebagai pendidik yang utama
karena anak menjalin hubungan yang sangat kuat dalam waktu yang panjang dan
dalam ikatan hubungan emosional yang kuat dengan orangtuanya.
Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa
orangtua memberi pengaruh sebesar 70% terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anaknya, sisanya 30% dipengaruhi oleh lingkungan yaitu sekolah dan masyarakat.
Sebab, anak lebih banyak menghabiskan waktunya bersama keluarga (utamanya
dengan orangtuanya). Bahkan secara umum, orangtualah yang paling tulus ikhlas
dalam melayani anak kandungnya.
Untuk itu, orangtua yang menginginkan
masa depan anak-anaknya sukses, bermanfaat bagi sesamanya, berakhlak mulia, dan
bahagia perlu belajar cara bergaul dan melayani anak dengan benar. Sayangnya,
banyak orangtua malah melakukan hal yang seharus tidak dilakukan kepada anaknya
sehingga merugikan perkembangan anak. Sebaliknya, mereka tidak melakukan
hal-hal yang sebenarnya sangat dibutuhkan anak-anak agar mereka tumbuh dan
berkembang optimal. Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan anak-anak menjadi
tidak maksimal.
Tak hanya itu, pada beberapa kasus
malah berkembang menjadi anak bermasalah yang dapat merugikan masa depannya.
Selain juga, merugikan pihak lain (masyarakat dan keluarga) dengan kebiasaannya
membuat masalah. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman orangtua
tentang pendidikan anak usia dini.
Beberapa lembaga telah
menyelenggarakan kursus bagi calon pengantin. Kursus tersebut bertujuan untuk
memberi bekal kepada calon orangtua. Itu memberikan gambaran bahwa membangun
rumah tangga perlu persiapan sebaik-baiknya. Termasuk diantaranya adalah
kegiatan mendidik anak.
KIAT MENJADI ORANGTUA BIJAKSANA
Ada beberapa kunci sukses atau faktor
utama yang menentukan keberhasilan orangtua dalam mendidik dan mengasuh anak
dengan bijaksana. Berikut penjelasannya dan langkah-langkah yang dapat diikuti
oleh ibu dan bapak.
HARGAI ANAK
Anak hendaknya diperlakukan sebagai
pribadi yang dihargai sebagaimana ibu – bapak menghargai orang yang sejajar
dengan kita. Ini menjadi penting karena akan meningkatkan harga diri dan rasa
percaya dirinya (konsep diri). Selain juga secara langsung mengajarkan untuk
bersikap menghargai orang lain. Anak adalah peniru yang ulung. Mereka belajar
dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Oleh karena itu hanya hal-hal
positif yang perlu diberikan kepada anak. Beberapa contoh penghargaan orangtua
kepada anak antara lain:
1. Perhatikan dengan seksama saat anak
bicara.
Ketika anak bicara perhatikan dengan
sungguh-sungguh. Jangan mendengarkan anak berbicara sambil memandang ke arah
lain, mengerjakan sesuatu, atau memikirkan hal lain. Bahkan ketika anak sedang
bicara, kita tidak dianjurkan memikirkan jawabannya. Pikirkan jawabannya
setelah anak selesai bicara. Tanggapan dan senyuman yang diberikan ketika bayi
berceloteh akan memberikan dampak positif pada perkembangan bayi. Beberapa tips
sederhana ketika kita berbicara dengan anak;
- Arahkan pandangan mata ke mata
anak.
- Usahakan posisi sejajar dengan
posisi anak. Jika anak berdiri, ibu dan bapak sebaiknya jongkok.
- Kedua tangan boleh sambil
memegang bahu anak dengan hangat dan akrab.
- Jangan pikirkan jawaban atau
tanggapan atas perkataan anak ketika anak sedang bicara, karena bisa
menyebabkan ibu dan bapak menjadi kurang fokus.
2. Dengar kata-kata anak.
Seringkali anak mengeluarkan pendapat
dalam berbagai hal, misalnya tentang pakaiannya sendiri, cat rumah, cat kamar,
masakan, dan lain sebagainya. Hargai pendapatnya. Orangtualah yang sebaiknya
mengalah untuk pilihan-pilihan yang tidak prinsip atau mengganggu orang lain.
Contoh, jika anak-anak menghendaki cat rumahnya orange dan biru tua, sedangkan
orangtua lebih menyukai hijau muda (warna lembut). Sebaiknya pilihan anak yang
dipakai, sedangkan orangtua mengalah.
- Minta pendapat mereka.
Pada saat akan memutuskan sesuatu,
ajak anak bermusyawarah dan minta pendapatnya. Misal, masak apa hari ini, rumah
dicat kembali atau tidak dan warnanya apa, penempatan perabot rumah. Usahakan pendapat
anak yang diambil sebagai keputusan. Hal tersebut akan membuat mereka bangga.
Jika sering diperlakukan demikian maka akan berdampak positip bagi perkembangan
rasa percaya dirinya.
4.
Biasakan menggunakan kata tolong, permisi, terimakasih.
Sebagai kolega yang sederajat,
hendaknya ibu dan bapak santun kepada anak. Gunakan kata tolong pada saat butuh
bantuan anak. Ucapkan terimakasih setelah anak menyelesaikan “perintah” yang
diberikan. Awali dengan kata permisi dan meminta ijin atau persetujuan untuk hal-hal
yang menjadi hak otonomi anak. Misalnya, pinjam pensil anak. Menggunakan
kata-kata tersebut menggambarkan penghargaan kepada anak-anak.
5.
Jangan permalukan anak.
Orangtua tanpa sadar kerap
mempermalukan anak di depan orang lain, termasuk teman-temannya. Misalnya,
menceritakan anaknya masih ngompol, makan masih berceceran, dan lain-lain.
Tindakan tersebut sangat melukai hati anak dan dapat menurunkan harga diri,
rasa percaya diri, dan konsep dirinya. Berbagai hal yang berpotensi membuat
malu anak, biarlah menjadi rahasia anak tersebut. Bahkan sebaiknya ibu dan bapak
berpura-pura tidak tahu, serta segera melupakan berbagai kelemahan yang
dimiliki anak.
6.Gunakan
kata-kata positif.
Ketika berkomunikasi dengan anak,
gunakan bahasa yang positif. Kata-kata bernada positif yang dibarengi pandangan
mata hangat dan penuh kasih sayang akan memberikan sinyal positif bagi anak.
Selain itu juga memberikan pengaruh yang kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Seperti, ”Kamu hebat.”, ”Kamu anak pintar.”, ”Kami menyayangimu.”, ”Kami
bangga padamu.” Sebaliknya, kata-kata negatif akan memperburuk perkembangan
anak. Seperti, ”Kamu anak nakal.”, ”Bodoh.”, dan lain-lain
7.Berkata-kata
lembut, tidak banyak mencela dan menegur.
Ada nasihat yang sangat berharga:
”Jangan banyak mengarahkan anak didik dengan celaan setiap saat, karena
sesungguhnya yang bersangkutan akan menjadi biasa dengan celaan. Akhirnya ia
akan bertambah berani melakukan keburukan, dan nasihat pun tidak dapat
mempengaruhi hatinya lagi”.
Pada kisah lainnya di zaman
Rasulullah, beberapa anak yang banyak melakukan kenakalan, pelanggaran moral,
pada akhirnya kembali ke jalan yang lurus. Rasulullah tidak pernah sedikitpun
mencela mereka, sebaliknya Rasulullah selalu berkata lembut dan sabar kepada
mereka.
FAKTOR WAKTU
Kunci sukses berikutnya adalah
perihal pengelolaan waktu. Kesalahan orangtua adalah tidak cukup punya waktu
untuk anaknya. Seperti tenggelam oleh pekerjaan atau pun urusan yang tak
kunjung selesai. Kesalahan lainnya adalah kadang-kadang orangtua salah dalam
penetapan waktu, kapan bermain dengan anak, kapan menasihati anak, kapan
berlaku tegas (dengan suara rendah namun menampakkan kewibawaan) dan
sebagainya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola waktu untuk
kepentingan anak antara lain:
- 1.Sediakan cukup waktu
setidaknya seminggu sekali, lebih bagus jika setiap hari bersama anak.
Waktu bersama anak bisa diisi bermain, mendongeng sebelum tidur, nonton TV
bersama, dan lain-lain.
- 2.Jangan menasihati apalagi
memarahi anak ketika sedang marah. Anak marah mungkin karena mainannya
hilang atau rusak, badannya sakit, permennya jatuh, dan sebagainya.
- 3.Untuk orangtua (utamanya ibu)
yang sibuk bekerja di luar rumah, usahakan menelepon setiap siang dengan
suara yang lembut dan hangat. Minta anak bercerita tentang pengalamannya
pada pagi itu di sekolah, tentang makannya, dan lain-lain. Jika anak
tengah marah, beri kesempatan menumpahkan kekesalannya melalui telepon.
MEMBANGUN DISIPLIN
Membangun disiplin pada anak tidak
sama dengan menegakkan disiplin pada orang dewasa. Harus sedikit demi sedikit
dan dimulai dari yang kecil. Pada orang dewasa dikenal dengan berbagai sangsi
pada setiap pelanggaran, tidak demikian halnya dengan anak-anak. Anak tidak
pernah melakukan pelanggaran karena anak belum mengerti yang benar dan salah.
Butuh waktu, proses serta tahapan. Untuk itu, kesabaran dan ketelatenan
orangtua sangat diperlukan dalam membangun disiplin anak. Berikut beberapa kiat
dalam membangun disiplin anak :
1. Pada usia baru lahir hingga satu tahun
Melalui pola tidur dan pola menyusui.
Upayakan anak lebih banyak tidur pada malam hari sedangkan siangnya lebih
banyak ”bermain” dengan orangtuanya. Semisal banyak diajak berbicara, atau di
sentuh-sentuh, di kudang-kudang, dan lain-lain. Pola menyusui, upayakan setiap
jam sekali. Anak yang sedang tidur pada siang hari bisa dibangunkan jika tiba
jadwalnya menyusu.
2. Pada usia 1-2 tahun
1) Pelatihan buang air kecil, misalnya
mengajak anak kencing di kamar mandi pada jam-jam tertentu, setiap bangun
tidur, pulang dari bepergian, menjelang tidur, dan lain-lain.
2) Jadwal makan, misalnya setiap jam
delapan pagi dan empat sore.
3) Memakai sandal bila bermain di luar
rumah.
4) Mendahulukan yang kanan jika memakai
baju, sandal, dan lain-lain.
5) Dan lain sebagainya.
3. Pada usia 2-3 tahun
1) Menggosok gigi setiap pagi dan malam
hari menjelang tidur
2) Mengembalikan mainan ke tempatnya
3) Mengucapkan salam setiap masuk rumah,
mengucapkan terimakasih sehabis menerima bantuan atau pemberian orang lain.
4. Pada usia 3-4 tahun
1) Membuang sampah di tempatnya
2) Menempatkan pakaian kotor, sandal,
sepatu, di tempatnya
3) Mandi pagi jam enam dan jam empat
pada sore
4) Berdoa sebelum makan dan sebelum
tidur
5. Pada usia 4-5 tahun
1) a.Menyiapkan keperluan sekolah
2) b.Memasukkan bekal ke dalam tas
3) c.Mulai diberi tanggungjawab ringan
membantu orangtua, misal, membuang sampah, menyiapkan sepatu bapak, mengambil
koran di halaman, menyiram tanaman dan lain-lain. Biarlah anak memilih tugas
yang disukainya.
6. Pada usia 5-6 tahun;
1) a.Mulai diberlakukan jadwal belajar,
jadwal bermain, dan jadwal menonton TV
2) b.Mulai disepakati acara TV apa yang
boleh ditonton dan tidak ditonton
3) c.mulai belajar sholat secara teratur
.
KASIH SAYANG
Kehangatan kasih sayang orangtua,
dalam berbagai penelitian bisa memengaruhi secara positif pertumbuhan dan
perkembangan anak. Anak yang diberi kehangatan dan kasih sayang yang tulus akan
meningkatkan status kesehatan dan kecerdasan anak. Banjiri anak-anak dengan
kalimat yang menyenangkan, sentuhan kasih-sayang, pelukan, ciuman, senyuman,
dipangku, dibelai, dan lain-lain.
Anak yang merasa lingkungannya
(utamanya orangtua) memberi kasih sayang yang tulus dan dalam jumlah yang
cukup. Hasilnya, bisa dipastikan bahwa anak akan bersikap dan berprilaku
positip. Sebaliknya, anak merasa tidak mendapatkan perhatian dan kasih-sayang
dari orangtuanya seperti yang diharapkan, maka anak berisiko akan berkembang
menjadi anak bermasalah.
Berikut
beberapa cara orangtua menyatakan kasih sayangnya kepada anak-anaknya:
1) Sering mencium, memeluk, dan
membelainya
2) Memberikan senyuman yang tulus
3) Memberi panggilan yang menyenangkan
anak, misalnya ”Hai jagoan.”, ”Hai si hebat.”, ”Hai anak pintar.”, dan
lain-lain.
4) Dengan pernyataan-pernyataan ”Aku
mencintaimu.”
5) Memanggul di pundaknya
6) Bermain bersama
7) Membacakan buku sebelum tidur
8) Menggendong sambil bersenandung
9) dan lain-lain.
RASA AMAN DAN NYAMAN
Di dalam rumah, di tempat lain saat
anak bersama keluarganya, di sekolah bersama lingkungan yang berbeda, anak
harus selalu merasa aman dan nyaman. Anak harus terhindar dari rasa takut,
khawatir, cemas, gelisah dan lain-lain. Suasana aman dan nyaman harus selalu
diciptakan oleh orang dewasa di sekitar anak. Mendidik anak dengan cara
menakut-nakuti justru akan merugikan perkembangan anak.
BERKOMUNIKASI
Berkomunikasi atau mengobrol adalah
salah satu cara untuk mengembangkan perilaku dan kemampuan dasar anak usia
dini. Lakukan kegiatan ini semenjak dalam kandungan. Mengobrol akan
meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak sekaligus memperbanyak ragam kata
yang diketahui.
Kegiatan mengobrol bersama anak juga
meningkatkan kecerdasan berbahasa, dan intelegensinya. Daya pikir, daya cipta,
imajinasi, daya inisiasi, emosi, sosial, moral, agama, pengetahuan, fisik,
seni, dan lainnya akan meningkat sejalan dengan meningkatnya kemampuan
intelektualnya (intelegensinya). Oleh karena itu, sediakan waktu
sebanyak-banyaknya untuk mengobrol bersama anak. Kurangi acara nonton TV karena
sedikit sekali memberikan nilai tambah kepada anak. Bahkan, seringkali
merugikan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Berikut
kegiatan bermain untuk membangun komunikasi dengan anak;
1. Main telepon-teleponan.
Ibu dan bapak serta anak bisa
menggunakan hand phone (HP) sungguhan ataupun mainan menyerupai HP. Orangtua
berpura-pura sedang berbicara dengan anaknya dengan menanyakan apa kabar, dimana
sekarang, bagaimana keadaan di sekolah, tentang makanan, mainan dan lainnya.
Atau, orangtua berpura-pura berbicara dengan temannya, dengan bertanya di mana
rumahnya, sekarang kerja di mana, anaknya berapa, anaknya sekolah dimana,
anaknya suka makan sayur atau tidak, dan lain sebagainya.
2. Main tanya-jawab sambil melempar bola
Permainan ini sebaiknya dimainkan 3
orang atau lebih. Cara bermainnya:
1) Melempar bola kepada B. Selanjutnya,
A mengajukan pertanyaan ringan tentang apa saja kepada B.
2) Berikutnya B melempar bola kepada C.
Selanjutnya, B bertanya kepada C.
3) Melempar bola kepada A. C mengajukan
pertanyaan kepada A, dan seterusnya.
4) Permainan dihentikan jika salah satu
pemain minta dihentikan dan sudah tidak ingin melanjutkan permainan.
3. Main Peran
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bermain peran:
- Ciptakan suasana yang tenang,
nyaman, hangat, dan menyenangkan.
- Gunakan bahasa yang sesuai
dengan kemampuan anak.
- Pilih topik yang menarik bagi
anak-anak.
- Jangan langsung mengkritik atau
menyalahkan yang disampaikan anak, meskipun yang disampaikan salah atau
tak pantas.
- Beri kesempatan bicara yang
seluas-luasnya kepada anak. Upayakan anak yang lebih banyak berbicara dan
orangtua hanya mendengarkan.
4.Pembicaraan di meja makan.
Saat
makan adalah kesempatan baik untuk berkomunikasi dengan anak. Upayakan dengan
posisi melingkar. Jika tidak punya meja makan, bisa dengan duduk beralas tikar.
Tidak penting bentuk meja, ruang makan, dan menu makanannya. Utamanya adalah
bisa makan bersama, mengobrol, dalam suasana damai yang diciptakan. Berikut
beberapa tip makan bersama:
- Usahakan minimal seminggu sekali
makan bersama keluarga
- Pastikan sebelum makan bersama
semua dalam keadaan gembira
- Pancing anak-anak untuk
menceritakan pengalamannya
- Berbagai hal misalnya pembagian
tugas rumah, menentukan cat rumah, dan lainnya, bisa dimusyawarahkan di
meja makan.
- Masalah yang dihadapi oleh
anggota keluarga bisa dicarikan jalan keluar dengan musyawarah di meja
makan.
- Makan bersama dalam rangka
membangun keakraban keluarga.
5. Obrolan menjelang tidur.
Ketika anak-anak berangkat tidur
sebaiknya orangtua mendampingi. Kegiatan yang bisa dilakukan antara lain
mendongeng, membacakan buku cerita, atau mengobrol, sambil memijit-mijit lembut
kaki anaknya. Berikan kesempatan kepada anak untuk menceritakan pengalamannya,
saat di rumah, bersama teman-teman di kampung, maupun di sekolah. Orangtua
hendaknya mendengarkan dengan seksama yang diceritakan anak.
Silakan bertanya bila ada yang belum
dimengerti. Jangan mengkritik atau mengadili anak dengan mengatakan salah atau
benar. Anak bebas menceritakan seluruh pengalamannya. Sifat kritis dan
menyalahkan dari orangtua hanya akan membelenggu kebebasan anak dalam
menyampaikan isi hatinya. Orangtua juga dapat menyisipkan pesan-pesan moral dan
etika melalui obrolan ini.
JAUHKAN ANAK DARI SUMBER BAHAYA
Anak yang sehat adalah selalu
bergerak dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Anak selalu ingin mencoba
apapun untuk memenuhi rasa ingin tahunya tersebut. Setiap benda yang ada
dihadapannya pasti dicoba untuk dipahaminya. Ketika masih bayi maka benda
tersebut akan dimasukkan ke mulutnya. Bayi pun memasukkan jari-jarinya ke
colokan listrik, bermain api, dan sebagainya. Itu karena anak belum mengerti
tentang bahaya dan apa yang dipegang atau dimainkannya. Tugas orangtua adalah
menjauhkan anak-anak dari bahaya:
- Singkirkan benda-benda tajam
dari jangkauan anak-anak.
- Penempatan stop kontak hendaknya
cukup tinggi sehingga tidak terjangkau oleh anak.
- Air panas di dapur hendaknya
ditutup dan dilindungi
- Sehingga tidak memungkinkan anak
menyentuhnya.
- Obat-obatan dan benda beracun
lainnya hendaknya ditaruh di tempat yang tak terjangkau anak.
- Benda-benda yang mudah roboh dan
bisa menimpa anak harus dijauhkan.
- Awasi gerak-geriknya.
BIARLAH ANAK MENJADI DIRINYA
Anak-anak terlahir dengan bekal dari
Tuhan berupa potensi yang luar biasa. Namun, satu anak dengan anak lainnya
berbeda. Untuk itu, orangtua jangan selalu memaksakan kehendaknya karena sangat
merugikan bagi anak. Orangtua yang mengarahkan (dengan paksa) anaknya sesuai
minat dan keinginan orangtua, tanpa memahami potensi dan minat anak, hanya akan
mendorong kegagalan anak dalam hidupnya.
Ingat, anak bukanlah diri kita. Ibu
dan bapak tidak bisa memprogram atau membentuk anak sesuai yang ada dalam
pikiran diri sendiri. Ibu dan bapak hanya bisa mengenalkan berbagai pilihan,
dan pada akhirnya anaklah yang menentukan sesuai minat dan bakatnya.
DOA
Hal lain yang tidak kalah penting
adalah doa orangtua. Orangtua sebaiknya mendoakan anak-anaknya dalam setiap
kesempatan. Doa orangtua akan berkaitan dengan pertolongan Tuhan. Selain juga
akan membimbing perilaku orangtua terhadap anaknya sesuai dengan doa yang
diucapkan.
PESAN UNTUK IBU DAN BAPAK
Menjadi orangtua bijaksana, yang
mampu mengasuh dengan bijaksana, sebenarnya bisa dilakukan oleh siapapun.
Asalkan mau sabar dan belajar. Orangtua yang bijaksana akan memberi pengaruh
yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Kelak setelah
dewasa, anak akan menjadi ”seseorang” sangat dipengaruhi pola asuh yang diberlakukan
oleh orangtuanya. Secara normal tidak ada orangtua yang menghendaki anaknya
sengsara dan tidak bahagia di masa dewasanya. Sayangnya, tidak jarang orangtua
yang melakukan kesalahan dan berdampak buruk. Penyebabnya, kekurangpahaman
orangtua, serta kurangnya pengetahuan.
Rumah adalah basis utama pendidikan
dan sebagai pendidik utamanya adalah orangtua. Orangtua adalah faktor utama
yang memengaruhi anak kelak. Untuk itu, rumah sebagai basis utama pendidikan
harus mendapat perhatian dibanding sekolah. Jika para pendidik di sekolah
secara berkala mendapat pelatihan untuk meningkatkan kemampuan, maka sudah
selayaknya orangtua juga mengupayakan dirinya agar meningkat kemampuannya. Jika
guru di sekolah memberlakukan peraturan jumlah minimal waktu mengajar, maka
orangtua sudah selayaknya menyediakan waktu yang cukup untuk bersama anak,
mulai dari bermain bersama anaknya dan mendampingi anaknya belajar. Jika tugas
guru di sekolah mungkin saja digantikan oleh guru lain, maka tugas orangtua
nyaris tidak mungkin digantikan, kecuali oleh keadaan yang memaksa.
DAFTAR ISTILAH
Daya
inisiasi: daya upaya atau daya juang yang harus dijalani untuk mencapai
sesuatu.
SUMBER BACAAN
1. Metode Pengembangan Perilaku dan
Kemampuan Dasar Anak Usia Dini, Winda Gunarti dkk, Universitas Terbuka, Jakarta
2008.
2. Istimewakan setiap anak, Irawati
Istadi, Pustaka Inti, Jakarta 2002.
3. Tahapan Mendidik Anak, Teladan
Rasulullah, Jamaal ’Abdur Rahman, Irsyad Baitus Salam, Bandung, 2005.
4. 10 Prinsip Spiritual parenting, Mimi
Doe & Marsha Walch, Kaifa Bandung, 2001.
5. Dream Smart for Parents, Yudistira
S.A.Soedarsono, PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2007.
Drs.
Totok Isnanto
Direktorat
Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini
Nonformal
dan InformalKementerian Pendidikan NasionalTahun 2011
0 comments:
Post a Comment