SERI BACAAN ORANG TUA
TEMA PARENTING : (Memahami Cita-Cita Anak)
PUSPA RAGAM CITA-CITA ANAK
Ibu dan bapak, anak usia dini pun
memiliki cita-cita. Sayangnya, anak belum mengetahui dengan jelas, apa itu
cita-cita. Dalam benaknya, cita-cita merupakan sesuatu yang tidak nyata. Untuk
itu, cita-cita perlu dijadikan nyata agar anak dapat memahami apa yang dimaksud
cita-cita. Caranya, dengan memberikan penjelasan tentang cita-cita. Harapannya,
anak dapat membayangkan seperti apa nantinya ketika sudah menjadi besar suatu
hari nanti.
Cobalah ibu dan bapak bertanya pada
seorang anak saat mereka sedang santai atau bermain. Amati ekspresi wajahnya,
khususnya matanya yang mengerling ke ujung atas, seolah-olah berpikir keras
hendak menjadi apa dia nanti. Ada kemungkinan anak asal menyebut yang terlintas
di pikirannya dan mungkin tokoh itu dikaguminya.
“Dik, besok kalau sudah besar ingin
jadi apa?” “Em.... e..... adik mau jadi
dokter e.... bukan, bukan, adik mau jadi seperti ayah aja.......”.
Cita-cita anak mudah berubah. Anak
perempuan yang masih berusia 5 tahun, umumnya akan menjawab, “Menjadi putri
yang cantik”. Ini dipengaruhi seringnya menonton film kartun, sehingga
pikirannya melambung seperti putri cantik pujaannya. Dua atau tiga tahun ke
depan, mungkin anak bercita-cita menjadi penyanyi. Ini mungkin terpengaruh
dengan penyanyi idolanya.
Sedangkan anak laki-laki sangat
mungkin bercita-cita menjadi tokoh pahlawan seperti dalam film kesukaannya. Ini
semua karena kekagumannya pada tokoh-tokoh yang memengaruhi dan memberikan
pengalaman kepadanya. Semakin bertambah besar, maka anak akan makin mengenal
jenis pekerjaan lainnya. Kelak itu akan mempengaruhi angan-angan dan
keputusannya untuk menjadi seperti tokoh tersebut.
Seiring dengan berjalannya waktu dan
kedewasaan yang diperoleh dari lingkungan dan pengalaman, anak biasanya mulai
berpikir dengan lebih jernih untuk menentukan cita-citanya. Anak yang memiliki
cita-cita sejak dini, justru akan membawa harapan pada anak dan mengajak anak
untuk berangan-angan lebih jauh lagi tentang cita-citanya. Walaupun tidak dapat
diingkari keterbatasan pengetahuan anak, membuat anak menentukan cita-cita
berdasarkan keinginan dan pengetahuannya.
Banyak anak menjadikan profesi dokter
sebagai idaman. Seolah-olah tidak ada profesi lainnya. Harap maklum. Anak-anak
umumnya sering sakit. Dokterlah yang berhasil membuat anak-anak menjadi sembuh
dari sakit. Bisa kembali bermain bersama temannya dan pergi ke sekolah lagi.
Anak pun kembali dapat menikmati makanan kesukaannya. Wajar bila anak
menganggap bahwa dokter seorang yang hebat dan perlu dikagumi. Kelak ketika
dirinya sudah besar, ia pun ingin menjadi dokter.
Demikian juga dengan cita-cita yang
lain. Menjadi pemadam kebakaran, contohnya. Di pandangan anak, pemadam
kebakaran adalah sosok yang gagah perkasa. Ia berani melawan api yang panas dan
mengganas. Ia mengambil anak-anak di dalam rumah dan ditolong untuk dikeluarkan
dari kobaran api. Wah seperti superman, tokoh-tokoh yang diidolakan anak.
PENGARUH CITA-CITA PADA ANAK
Cita-cita memiliki pengaruh yang kuat
pada kepribadian anak. Dengan mengidolakan seseorang dalam kehidupannya, maka
anak akan mendapatkan model dalam hidupnya. Ingat, anak usia dini belajar
dengan cara meniru. Ia mudah sekali dipengaruhi dan dibentuk oleh contoh yang
dekat dengan dirinya.
Jika seorang anak memiliki suatu
contoh di lingkungannya, dan dirinya ingin menjadi seperti orang itu, maka
semua perilakunya akan cenderung meniru model tersebut. Jika model yang jadi
panutan anak adalah tokoh yang baik, maka akan berpengaruh positif bagi anak.
Namun, ketika modelnya bukanlah tokoh yang baik maka berdampak negatif pada
anak. Anak menjadi tidak dapat menunjukkan gambaran yang positif. Dampaknya,
anak dikhawatirkan akan berperilaku kurang terpuji.
Pada umumnya anak mendambakan tokoh-tokoh
yang nyata dan mudah ditemukan dalam lingkungan sehari-harinya. Tokoh yang
paling dekat dengan diri anak adalah ibu dan ayah. Tidak heran ketika ditanya
cita-citanya, ada anak yang menjawab, ingin menjadi ibu atau ayah. Beberapa
anak mungkin menjawab dengan cita-cita yang beragam.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CITA-CITA ANAK
1. Latar Belakang Pendidikan Ibu-Bapak
Latar belakang pendidikan orangtua
cukup berpengaruh dalam mendidik anak. Ibu-bapak yang memiliki pendidikan baik
akan menanamkan nilai-nilai pendidikan keluarga dengan baik pula. Harapannya
nilai-nilai keluarga tersebut akan dibawa ketika anak itu menjadi dewasa dan
berkeluarga. Semua orangtua menginginkan anaknya kelak menjadi orang yang
berguna. Meski ibu-bapaknya hanya menjadi petani, mereka berharap agar kelak
anaknya tidak menjadi petani. Bahkan, kalau bisa lebih baik. Kalau tetap
menjadi petani, tentunya petani modern yang menggunakan teknologi dalam
menggarap sawah.
Anak juga akan mendapat kesempatan
untuk berpikir setinggi-tingginya dalam meraih cita-citanya. Ibu-bapak akan memberikan
pengetahuan secara sederhana kepada anaknya seperti apa pekerjaan tersebut.
2. Contoh ibu-bapak
Ibu-bapak adalah panutan anak-anak di
rumah. Ibu-bapak menjadi contoh yang pertama dan utama. Bapak yang bekerja di
kantor, memberikan contoh dari sisi penampilan, kata-kata, sikap, dan karakter
yang menunjang profesi tersebut. Anak pun mendapat gambaran laki-laki atau
wanita yang bekerja di kantor. Mungkin di rumah itu terdapat kakek atau nenek
yang berprofesi sebagai guru. Penampilan seorang guru berbeda dengan penampilan
pekerja kantor. Penokohan yang berbeda ini dapat diamati dengan jelas berikut
perilaku, kata-kata dan karakter yang mengikutinya.
3. Pola Asuh
Ibu-bapak sangat berperan dalam
pembentukan kepribadian anak. Melalui penanaman moral dan kebiasaan-kebiasaan
baik, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang diharapkan ibu-bapak. Sehubungan
dengan cita-cita anak, orang tua perlu memberikan pengertian sederhana tentang
peran-peran yang ada di lingkungan mereka. Sampaikan dengan pola asuh yang
luwes, ajak anak bertukar pikiran. Berikut contoh-contoh yang dapat dilakukan
orangtua :
- Ketika di rumah kedatangan tamu,
seorang saudara yang memiliki suatu profesi tertentu, ibu-bapak dapat
menjelaskan tentang pekerjaan tamu tersebut. Mintalah pada tamu tersebut
untuk menjelaskan kepada anak. Tunjukkan pula alat-alat yang dimiliki dan
dibawa dalam permainan sederhana dengan anak. Selanjutnya, ibu-bapak dapat
memperkuat untuk memberikan penjelasan kepada anak tentang tugas mulia
dari tamu tersebut.
- Ketika orangtua sedang bepergian
dengan anak dan menemukan orang-orang di jalan, ajaklah berdiskusi
sederhana. Sampaikan peran dari orang tersebut dan dampak kebaikan yang
ditimbulkan atas pekerjaan orang tersebut. Banyak sekali bukan yang dapat
dibahas ?
Ketika menemukan warung, dapat
berdiskusi tentang pedagang yang membantu memenuhi kebutuhan orang banyak.
Bertemu dengan polisi, dapat berdiskusi tentang manfaat adanya polisi lalu
lintas. Hal yang sama dapat dilakukan ketika bertemu dengan guru, penyapu
jalan, tukang cukur, tukang tambal ban atau petugas parkir.
Bukan berarti anak didorong untuk
bercita-cita menjadi penyapu jalan, ataupun pencukur rambut di pingir jalan,
dan sebagainya. Ibu-bapak justru perlu menekankan kepada anak kebaikan yang
dilakukan seseorang melalui pekerjaannya. Apapun juga yang dilakukannya, asal
dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan maka akan mendatangkan
kebaikan bagi semua orang.
Bayangkan jika orangtua tidak
memiliki pengasuhan yang baik. Bisa jadi ketika bertemu pemulung ataupun
pengemis malah memberikan kesan buruk agar tidak menyukai pengemis atau
pemulung melalui sebuah ancaman. Misalnya,”Ananda kalau tidak mau belajar,
nanti jadi seperti pengemis itu lho. Hi... jelek, kotor, dan dihina orang.”
Orangtua yang memiliki pola asuh yang
baik, akan berkata berbeda,”Nak, kasihan pengemis itu. Dia tidak mendapatkan
kesempatan untuk menjadi seperti ayah atau ibu. Apa yang dia lakukan ? Mengapa
begitu ? Apakah untungnya menjadi seperti itu? Apakah kerugiannya ?” dan
sebagainya. Percakapan tersebut akan mendorong anak untuk kelak menjadi
seseorang yang dia nilai baik untuk orang lain dan sesuai dengan dirinya.
SIKAP DAN DUKUNGAN ORANGTUA
Ibu dan bapak sebagai orangtua tentu
tidak membesarkan anak asal cukup memberi makan saja. Anak perlu diberi bekal
pendidikan agar menunjang keberhasilannya di masa yang akan datang. Bekal ini
melihat potensi, bakat, dan minat anak. Hal-hal tersebut akan mendorong anak
untuk memiliki suatu cita-cita. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan cita-cita
anak, ibu dan bapak perlu memiliki sikap yang mendukung.
Sikap
mendukung bertumbuh dan berkembangnya cita-cita tersebut antara lain berupa :
1.
Tidak memaksakan suatu cita-cita kepada anak.
Meski ibu-bapak menjadi panutan,
tidak boleh memaksakan keinginannya kepada anak. Biarkan anak menjadi dirinya
sendiri. Dalam sebuah keluarga dokter, terkadang anak-anaknya juga menjadi
dokter. Demikian pula pada profesi lainnya.
Itu bukanlah sesuatu yang salah.
Keinginan untuk menjadi seperti orangtuanya memang berasal dari dalam diri anak
sendiri. Baik karena faktor keturunan ataupun kondisi lingkungan yang
membentuk. Apabila anak memiliki cita-cita sendiri, dukunglah cita-cita itu dan
berikan kesempatan untuk menumbuhkan cita-cita tersebut.
2.
Menemukenali bakat dan potensi anak.
Bakat sudah terbawa sejak lahir dan
diperoleh dari keturunan sebelumnya. Bakat merupakan potensi di dalam diri anak
yang belum berkembang. Untuk mengembangkannya perlu perangsangan agar optimal.
Untuk dapat mengenali bakat anak, orangtua perlu melakukan pengamatan, apakah
anak tersebut berbakat di bidang musik, gerak, bahasa, atau matematika. Bapak
dan Ibu, setiap anak memiliki beberapa kecerdasan. Berikut ini adalah
macam-macam kecerdasan yang mungkin dimiliki :
a.
Kecerdasan berpikir.
Kemampuan seorang anak dalam berpikir
dan berhitung. Anak dengan kecerdasan berpikir yang tinggi cenderung bertanya
terus menerus. Ia juga tampak lebih senang bermain dengan angka-angka. Setelah
dewasa dapat diarahkan menjadi guru matematika, insinyur, ahli teknik, ahli
matematika, pedagang, dan pekerjaan-pekerjaan yang banyak melibatkan angka.
b.
Kecerdasan bahasa.
Ditandai dengan lebih cepat berbicara
dibandingkan anak lain. Di usia 2 tahun, anak sudah mulai lancar menirukan kata-kata
yang ditemuinya. Bahkan sudah mampu becerita tentang kejadian-kejadian
sederhana di lingkungannya. Di usia 4 tahun, ia tampak senang berbicara.
Teman-temannya banyak sekali. Bisa jadi guru memberikan laporan tentang
putra-putri bapak ibu yang senang bercerita (ceriwis). Anak-anak ini besok
kalau sudah besar sangat cocok menjadi pembawa berita, pengisi acara, guru,
wartawan, penulis, pengkhotbah, pelawak, dsb.
c.
Kecerdasan gerak
Anak tergolong cerdas gerak jika
memiliki kelenturan otot-otot tubuh, sehingga dapat bergerak dengan lincah dan
lentur. Anak dapat melakukan gerakan-gerakan aneh yang tidak semua anak dapat
melakukannya. Sehari-hari ia senang sekali bergerak aktif. Ia dapat menirukan
gerakan orang lain dengan sangat mirip. Itulah tanda anak cerdas gerak. Besok
besar ia dapat menjadi penari, olahragawan, pesulap, guru olahraga, pelawak,
dokter bedah, ahli perbengkelan, dan sebagainya.
d.
Kecerdasan musik.
Peka terhadap bunyi dan irama. Anak
sering bernyanyi, bersenandung atau bersiul seorang diri. Ia terbiasa
menggerak-gerakkan tubuhnya mengikuti irama dan ikut bernyanyi. Peka terhadap
suara di lingkungan seperti bunyi jangkrik, kodok, dan bel dari kejauhan. Mampu
mendengarkan bunyi yang tidak terdengar oleh orang lain. Doronglah terus, siapa
tahu suatu saat mereka akan menjadi penyanyi atau pemain musik terkenal.
Memungkinkan pula menjadi pengarang lagu, guru tari, ataupun guru musik.
e.
Kecerdasan berteman
Kemampuan untuk berteman dengan anak
lain. Mudah bergaul, ramah, banyak berbicara, mudah bekerja sama dalam kelompok
dan peduli pada orang lain. Ia dapat bermain dengan siapa saja. Ia cenderung
main bersama tetangga-tetangganya di halaman rumah. Kelak ia dapat berhasil
dengan kecerdasan ini. Banyak teman akan banyak membantu dalam kehidupannya
setelah dewasa nanti. Jika dilatih ia bisa menjadi ahli pemasaran, guru,
pengusaha, penggagas acara, dan sebagainya.
f.
Kecerdasan diri sendiri.
Kecerdasan untuk melihat diri sendiri
ditandai dengan sikap pendiam dan banyak merenung. Ia senang melakukan periksa
diri atas segala hal yang terjadi dan menimpa dirinya. Cenderung tertutup dan
lebih suka melakukan sesuatu sendiri, bukan dalam kelompok. Meskipun ia anak
yang pendiam, ia tetap menyimpan potensi yang besar. Bisa saja kelak ia menjadi
penulis buku, pengamat, peramal, dan penasehat.
g.
Kecerdasan gambar dan ruang.
Kecerdasan ini berhubungan dengan
penglihatan dan pemahaman akan gambar dan ruang. Anak senang berpikir dalam
bentuk gambar. Sangat mengenali garis, warna, permukaan dan gambar 2 dimensi ataupun
3 dimensi. Anak kuat dalam bidang seni (keindahan), senang menggambar dan
mewarnai. Anak juga dapat mengenali ruang-ruang yang ada di suatu tempat dengan
mudah. Setelah dewasa, mungkin ia tertarik menjadi arsitek, guru gambar,
pembuat gambar, pembuat permainan anak-anak, pilot, nakhoda, dan astronot.
h.
Kecerdasan alam.
Kecerdasan ini memungkinkan seorang
anak mengenali alam yang ada di lingkungan. Ia sangat nyaman berada di alam
terbuka seperti menumbuhkan dan memelihara tanaman, memelihara, menjinakkan, dan
bermain dengan binatang. Mudah mengenali dan membedakan berbagai jenis
binatang. Dapat menirukan suara-suara binatang yang ada. Kelak ia dapat bekerja
di perkebunan, pertanian, peternakan, pendaki gunung, dsb.
Setelah merenungkan pendapat ahli tentang
kecerdasan-kecerdasan di atas, ibu-bapak melihat bahwa anak tidak hanya cerdas
di satu bidang saja, tetapi ada bidang kecerdasan lain yang dimilikinya.
Kecerdasan-kecerdasan itu memang tidak berdiri sendiri, tetapi sangat mungkin
berkaitan satu dengan yang lainnya. Misal, anak yang cerdas musik biasanya juga
akan cerdas gerak. Lihatlah para penari, mereka sangat lemah gemulai mengikuti
irama musik yang mengiringi tariannya.
3.
Mengasah dan mengarahkan cita-cita anak
Setelah mengetahui bakat dan potensi
anak, ibu-bapak dapat mendorong dan membimbing anak agar apa yang diinginkannya
dapat terwujud. Jangan biarkan anak tumbuh apa adanya secara alami seperti air
yang mengalir. Berikan dukungan, arahan dan perangsangan agar yang dimiliki
anak dapat berkembang. Motivasilah anak untuk bertanggungjawab dalam
tugas-tugas sehari-harinya, agar kelak ia dapat menjadi orang seperti yang
dicita-citakannya. Ajak pula anak untuk mendoakan cita-citanya agar suatu saat
menjadi kenyataan. Berikan gambaran tujuan yang jelas, bahwa setelah
cita-citanya tercapai, anak harus berbakti kepada Tuhan, bangsa dan negara
untuk kebaikan manusia di bumi ini.
CARA-CARA MENUMBUHKAN CITA-CITA PADA ANAK
1.
Membacakan cerita
Membacakan cerita merupakan suatu
kegiatan yang sangat berguna bagi anak. Setelah mengenal potensi anak,
ibu-bapak dapat mencarikan buku-buku cerita yang menjadi minat anak. Ajaklah
anak ke toko buku atau ke perpustakaan sekolah untuk mencari buku-buku cerita
yang menjadi minat anak. Untuk anak yang cenderung memiliki kecerdasan visual,
maka bacaan “Aku Ingin Menjadi Pilot” dapat menjadi alternatif pilihan. Berikut
ini contoh judul-judul buku cerita yang dapat menjadi referensi dalam
mengembangkan cita-cita anak sesuai dengan kecerdasannya
2.
Bermain peran mendorong tumbuhnya cita-cita anak
Pada jam-jam senggang, ibu-bapak
dapat bermain peran bersama anak. Gunakan peralatan main yang ada di rumah,
atau buatan orangtua bersama anak, akan menambah permainan menjadi lebih seru
dan semangat. Misal, seorang anak berkata bahwa ia ingin menjadi dokter. Kita
dapat mengajak anak untuk bermain dokter-dokteran. Tetangga atau adik diundang
main bersama, termasuk ibu dan ayah ikut bermain seolah-olah sedang
memeriksakan anaknya yang sakit ke dokter. Diskusikan dengan anak peran-peran apa
yang dibutuhkan, dan siapa yang akan memerankannya.
Ajaklah anak bermain peran
jual-jualan, bermain pasaran di teras atau di belakang rumah untuk anak yang
punya bakat wira usaha. Sediakan juga tas-tas kecil dan uang-uangan agar anak
tahu, bagaimana konsep tentang jual beli termasuk laba dan rugi.
Berikut
ini adalah kegiatan bermain peran yang dapat dilakukan di rumah:
NO
|
KECERDASAN
|
BACAAN
|
1
|
Berpikir
|
Aku bisa
berhitung
|
2
|
Bahasa
|
Aku
pandai bercerita
|
3
|
Musik
|
Musik Itu
Hiburanku
|
4
|
Ruang
|
Aku Ingin
Menjadi Pilot
|
5
|
5 Gerak
|
Pesulap
Kebanggaanku
|
6
|
Hubungan
|
Menjadi
Anak yang Ramah
|
7
|
Diri
|
Siapakah
Aku
|
8
|
Alam
|
Taman
Bunga yang Indah
|
Berikut ini
adalah kegiatan bermain peran yang dapat dilakukan di rumah:
a.
Bermain polisi lalu lintas
b.
Berjualan bunga
c.
Menjadi nahkoda / pilot
d.
Nelayan menangkap ikan
e.
Menjadi koki
f.
Membuka restoran
g.
Menjadi tukang cukur (membuka salon)
h.
Bengkel sepeda motor
i.
Persewaan sepeda, dan sebagainya
J
Mengajak kunjungan ke tempat-tempat kerja.
Pada waktu luang, orangtua perlu
mengajak anak untuk bermain ke rumah saudara atau teman-teman dari orangtua.
Tentunya teman yang beragam profesi pula. Tujuannya, untuk memberikan gambaran
peran-peran orang dewasa. Kunjungan juga dapat dilakukan pada saat orang dewasa
tersebut masih bekerja. Anak akan dapat melihat pakaian yang dikenakan,
peralatan yang digunakan, dan situasi yang dihadapi oleh jenis pekerjaan itu.
Anak juga akan belajar tentang kegunaan adanya pekerjaan tersebut. Jika
pengalaman yang dilihat ini sesuai dengan hati dan minat anak, niscaya akan
mendorong anak untuk memiliki cita-cita seperti orang tersebut.
PESAN UNTUK IBU-BAPAK
Anak usia dini perlu memiliki
cita-cita, meski cita-citanya bisa berubah nantinya. Dorongan ibu-bapak sangat
diperlukan dalam rangka menumbuhkan dan menyuburkan rasa cinta untuk mewujudkan
cita-cita tersebut. Ibu-bapak dapat menumbuhkan cita-cita anak dengan
memberikan bantuan-bantuan yang diperlukan.
BAHAN DISKUSI IBU-BAPAK
Diskusikanlah
topik sehubungan dengan buku ini :
- Pernahkah Ibu-bapak bertanya
tentang cita-cita putra/putri ibu-bapak ? Dapatkah berbagi pengalaman
tentang cita-cita mereka ?
- Menanggapi cita-cita mereka,
dukungan apa saja yang bapak-ibu lakukan ?
- Jika cita-cita mereka cukup
aneh, bagaimana sikap bapak-ibu ?
Sumber Bacaan :
Bambang
Trim, Kids on Bussiness – Vaksin Wirausaha • untuk Ananda. Tiga Kelana 2010.
Bunda
Lucy, Mendidik Sesuai Minat Bakat Anak, • Tangga Pustaka. 2009.
Howard
Gardner, Kecerdasan Majemuk (Multiple • Intelligences): Teori dalam Praktek.
Interaksara. 2003.
John
Maxwell C, Orang Tua Abad ke-21 : Terobosan • Menjadi Orang Tua di Zaman Sulit.
Gramedia. 2010.
Setiap
Anak Cerdas, Thomas Armstrong, Gramedia • Pustaka Utama. 2002.
Ubaedy.
Temu-Kenali Bakat Anda dan Optimalkan • Penggunaannya. Bee Media Indonesia.
2010.
Yulianti
Siantayani, 20 Hari Belajar Membaca. Kriztea • Publisher. 2010.
26
Memahami Cita-Cita Anak
Yulianti
Siantayani, M.Pd.
Direktorat
Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal
Kementerian
Pendidikan Nasional
Tahun
2011
0 comments:
Post a Comment